Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label indonesia. Tampilkan semua postingan

Jumat, 07 Agustus 2015

Visa Taiwan

Dulu waktu kantor bertaburan dengan anak-anak McKinsey yang lalu lalang ke mancanegara sedangkan kita terjebak dalam kubus besar yang dingin di sebelah ruangan PresDir, sering gue mimpi, kapan bisa traveling sambil kerja. Kesannya keren. Lalu lalang di airport. Apalagi sekarang dengan adanya aplikasi Foursquare (dulu belom ada aplikasi 4sq, levelnya baru ngumpulin stempel di paspor).


Sekarang... belum juga pantat nempel kasur seminggu, udah dikejar-kejar bos romusha untuk memikirkan bisnis trip berikutnya, ke Taiwan.

Masalah booking tiket sih gampang, tinggal traveloka atau nusatrip , asal ada kartu kredit, bisa beres. Tapi yang menyebalkan jadi orang Indonesia adalah kemana-mana kudu apply Visa. Apply Visa sendiri ini riweuhnya setara dengan traveling seminggu. Pertama kita harus membaca website mengenai syarat-syarat dan cara-cara. Kalau ada foto ukuran tertentu, dengan latar belakang tertentu, bahkan expresi wajah tertentu (sumpah, di aplikasi visa ke Amerika, foto gak boleh senyum. Ekspresi netral. Kebayang gak gue berusaha poker face? Adanya malah boker face!). Belum lagi mengisi segala macam form yang pertanyaannya yang gitu deh (apakah pernah melanggar hukum, apakah pernah overstayed, apakah pernah memakai narkoba -- kalo di Kanada apakah dalam waktu 6 bulan ke Afrika Barat).


Anyway, hari ini gue melihat syarat-syarat Visa Taiwan. FYI, Taiwan tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia sejak Indonesia mengakui RRC sebagai Cina (1 China Policy), jadi kita harus ke Kadin nya mereka, istilah kerennya Taipei Economic and Trade Office, di Gedung ArthaGraha SCBD.

Setelah ngisi-ngisi form mereka, ternyata di website Travelawan ada info lengkapnya... Bahkannnn... kalau kita punya Visa yang masih laku dari negara-negara Amerika, Kanada, Inggris, Schengen/Eropa, Australia, New Zealand, Jepang, kita bisa dapat instant approval. Serius. Mungkin dianggapnya negara-negara maju ini lebih rigorous memfilter dan menscreening orang-orang yang akan masuk ke negara mereka, sehingga pemerintah Taiwan tidak perlu menscreening ulang (reinventing the wheel -- kalo istilah Steven Covey)..  Dan semuanya bisa dilakukan online di sini.

Lebih dahsyatnya lagi, ini hanya berlaku untuk beberapa warganegara: India, Thailand, Vietnam, Filipin, dan .. INDONESIAAAA.... Gue kebayangnya, mungkin kita ini dianggap sebagai transisi antara negara yang "nggak banget" ke negara yang "oke punya". Jadi seakan-akan I'm not a Girl not yet a Woman gitu deh... *elu pikir elu Britney Spears??*

Dan... hasilnya adalah...


dan... expirednya dalam waktu 30 hari.. which is sebelum gue berangkat... TOBATTTTT !!!...


Jadi gitu deh, next week gue kudu bikin lagi sekali lagi... Dan dokumen ini gak usah lagi ke kantor Taipei Trade Office. Cukup nanti ditunjukin ke imigrasi di sono. Dan ini... GRATISSSSS... (seneng kan kalo denger gratisan?? Itu bukti bahwa kita Truly Indonesian.

Ya deh... semoga bermanfaat.

Gimana kalo ternyata gak punya visa dari negara-negara itu? Ya kudu apply seperti biasa sih. Isi formnya online, tapi di print dibawa ke Gedung ArthaGraha, dan kudu bayar. Link formulirnya di sini. Good luck!!


Minggu, 02 Agustus 2015

Diaspora Indonesia

Tau gak arti diaspora? Bukan, itu bukan spora yang ada di tumbuh-tumbuhan pakis-pakisan, walaupun arti dasarnya memang dari terminologi tumbuh-tumbuhan itu. Menurut Wikipedia, diaspora, bahasa Yunani kuno διασπορά, "penyebaran atau penaburan benih") bermakna bangsa atau penduduk etnis manapun yang terpaksa atau terdorong untuk meninggalkan tanah air etnis tradisional mereka; penyebaran mereka di berbagai bagian lain dunia, dan perkembangan yang dihasilkan karena penyebaran dan budaya mereka. Lebih detailnya bisa dilihat di sini karena gue gak mau berpolemik dengan istilah.


Banyak wacana Diaspora Indonesia saat Dino Patti Djalal jadi Duta Besar Republik Indonesia di Amerika Serikat, menyinggung banyaknya perantau asal Indonesia yang tersebar di berbagai belahan bumi, dan merealisasikan perantau-perantau ini sebagai kekuatan ekonomi baru.

Awalnya gue merasa bahwa diaspora ini hanya gagasan diawang-awang untuk kelas menengah dan kelas atas yang settle di negara tertentu dengan kemampuan ekonomi lumayan (di atas kelas menengah di Indonesia). Atau laksana tycoon-tycoon lokal yang berinvestasi di luar negeri mengembangan emporium bisnis mereka.

Kenapa gue berpikir demikian? Karena terus terang gue susah melihat TKW di level pembantu untuk menjadi bibit diaspora Indonesia. Selain posisi mereka yang (tetap) marginal, aktivitas mereka di Luar Negeri sering menjadi sorotan mengenai penganiayaan dan penelantaran. Selain itu, di dalam negeri sendiri, kegiatan TKW/TKI banyak yang merusak tatanan sosial berkeluarga di kampung halaman dengan maraknya suami nikah lagi karena istrinya cari uang untuk keluarga. (Apes banget dah!)

Tetapi yang gue saksikan di kapal pesiar Disney Wonder saat liburan dari Vancouver ke Alaska bulan lalu mengubah pandangan gue mengenai diaspora ini. Saat kami memulai liburan, kami tidak pernah berpikir bahwa di kapal yang berkapasitas penumpang 2400 orang dengan kurang lebih 1000 awak kapal ini, ternyata selain kami ber 16 yang dari Indonesia, kami ditemani oleh hampir 150 awak kapal orang Indonesia.

Dari 150 awak kapak ini, sebagian besar dari Bali, kemudian Manado, baru Jakata/Bekasi/Bogor. Menurut mereka, dari pihak agen perekrut di Bali, mereka prefer nama-nama Bali atau nama-nama Manado daripada nama-nama yang berbau Muslim karena kemungkinan visa kerjanya keluar jauh lebih kecil apabila namanya berbau Muslim. (Kebenaran info ini walahualam).

Bangga? Pasti. Kebanggaan yang sepertinya sama dari para awak kapal ini, yang selalu bilang, "Biasanya jarang orang Indonesia di sini, sekarang mulai banyak". Dan mereka mereka selalu menyempatkan untuk menyapa kita saat berpapasan dengan kita, atau saat serving kita makanan. 

Henny dari Bekasi sudah di Disney Cruise sejak 2010. Satu2nya server wanita Indonesia di kapal kami.

Putra dari Bali, bertugas di Deck 9.


Begitu pula saat kita duduk di Canada Place, beberapa awak kapal membawa wheelchair lalu lalang berbicara bahasa Indonesia, dan akhirnya kami sapa. Mereka bekerja di Princess Cruise. Dan  menurut mereka jumlahnya awak kapal Indonesia memang lumayan banyak.

Saat anak-anak kami lalu lalang di Deck 9 (tempat outdoor dimana kolam renang hingga tempat makan berada), awak kapal dari Indonesia ini yang menjaga anak-anak kita. Bahkan Greg, si bungsu kami, berteman dengan satu awak Indonesia yang bertugas sebagai server di Pinocchio Pizzeria karena tongkrongan gratis ini adalah salah satu favoritnya (dengan rekor satu hari makan 8 slice pizza -- disamping breakfast, lunch, dinner yang bersama-sama kita).

Menurut gue, kapal pesiar Disney Wonder -- yang mensyaratkan seluruh awak kapalnya terdiri dari 50 negara di dunia (termasuk server group kita Elle dari Australia, Ana dari Spain, dan Head Server Rakesh dari Trinidad/Tobago) dengan jalur kapal dari Canada ke Alaska, hingga Florida ke Bahama -- merupakan melting pot alami dari bagaimana saat ini bekerja bisa lintas negara dan lintas benua.  Dan awak kapal ini, bukan hanya kekuatan ekonomi suatu bangsa, tetapi lebih dari itu, kekuatan sosial dan kekuatan budaya suatu bangsa.

Cuma satu keluhan mereka.... di kapal tidak ada cabe.... (I feel you, guys... I feel you....) 

Kenangan unik Disney Wonder - Alaska Cruise
20-27 July 2015




Kamis, 18 Juni 2015

Lain Ladang Lain Belalang, Lain Pantai Lain Serunya (Pantai Selatan Lombok)

Liburan sekolah kali ini,  setelah beberapa drama pengunduran liburan sebulan karena jadwal ujian yang berbeda-beda antara anak sulung,  tengah,  dan bungsu (muatek!), akhirnya jadi juga kita liburan ke Lombok sesuai rencana awal.

Karena kita buta medan,  dan gak punya banyak waktu untuk browsing,  maka kita memakai Lombok Friendly Travel ( http://www.lombokfriendly.com/)  yang di TripAdvisor bagus ratingnya. 

Pak Aziz (Hp:+6281805245246) ,  owner dari Lombok Friendly is indeed friendly walaupun rada slow response. Tapi penawarannya menarik,  asal kita sebutkan kalau kita maunya seperti apa secara umum,  juga pesertanya siapa saja dan usia berapa. 

Walhasil hari ke 2 ini,  kita sepakat untuk beach hopping. Pantai-pantai di sepanjang selatan Lombok ternyata menyimpan hidden jewels.

Sebagaimana peribahasa lain ladang lain belalang,  pantai-pantai di selatan Lombok benar-benar berbeda dalam hal tekstur batu dan pasir,  kelandaian/kecuramannya.

1. Tanjung Aan (dibaca Tanjung An)
Pantai yang paling fotogenic,  dengan 1 bukit batu di antara 2 teluk berpasir yang landai.  Di bawah bukit batu ada karang yang datar,  adapun di atas bukit batu kita bisa melihat sekeliling keindahan Tanjung ini.  Tekstur pasir: halus (di lokasi kering)  dan kasar merica (di lokasi perbatasan dengan air surut).  Warna: beige dan turquoise.  Tingkat kecuraman: landai.  Ombak: sedang.

2. Pantai Kuta Lombok (dibaca Kute)
Disebut juga Pantai Merica karena tekstur pasirnya yang berbulir-bulir seperti merica,  dan berwarna beige.  Karena bukaannya ke laut lepas yang lebar,  pantai ini terkenal dengan angin yang besar,  sehingga banyak yg ber-para-skiing di pantai ini.  Pantai ini adalah pantai publik terdekat dengan hotel berbintang Novotel tempat kita tinggal. Tekstur pasir: halus (di lokasi kering), kasar merica (di lokasi perbatasan dengan air),  kasar pecahan karang (di lokasi dekat dengan batu karang di 1/3 kanan garis pantai). Warna: beige dan biru dengan sedikit turquoise. Tingkat kecuraman: landai-sedang.  Ombak: kecil-sedang.

3. Pantai Selong Blanak (atau disebut Pantai Selong)
Pantai ini sangat terpencil, walaupun mulai dikenal wisatawan.  Mayoritas yang di sana adalah bule (caucasian).  Bukaan pantainya lebar dengan pasir putih lembut serta ombak yang sedang hingga besar membuat pantai ini paling seru untuk main ombak.  Warna: beige dan turquoise.  Tingkat kecuraman: landai.  Ombak: sedang-besar.

4. Pantai Mawun
Komposisi geologi di sekitar Pantai Mawun mengingatkan kita pada Maya Beach,  PhiPhi Islands,  Thailand, teluk yang tersembunyi dari laut lepas dengan opening kecil yang melindungi.  Tetapi,  alih-alih kita mendapatkan pantai super landai seperti di Maya Beach,  pantai ini super terjal,  dengan pasir yang kasar karena pecahan karang.  Dan arusnya pun kencang. Warna: abu muda ke biru gelap. Tingkat kecuraman: curam sekali.  Ombak: sedang-besar.

Demikian buat keluarga kami,  pantai yang worth revisiting next time adalah Selong Blanak (untuk main air)  dan Tanjung Aan (untuk sight seeing).  Jangan ketinggalan kalau ke Lombok.. 

Ayo kita keliling Indonesia,  keliling Nusantara ke Nusa Tenggara...

Selasa, 09 Desember 2014

Mati Konyol ala Indonesia

Nyaris tiap hari gue melewati tol Jagorawi.   namanya juga penghuni pinggiran Jakarta. Maklum, saking pinggirnya,  rumah gue udh masuk  Kabupaten Bogor.

Beberapa minggu ini,  ada beberapa kegiatan di pembatas jalan tol antara yang arah ke Bogor dan arah ke Jakarta.  Partisi yang dari besi diseling  bunga yang beberapa kali disruduk mobil (termasuk salah satunya mobil anak Ahmad Dhani),  diganti beton.

Suami spontan bilang: kok diganti beton sih?  Kan lebih bahaya?  Dalam artian,  bila ada kecelakaan yang menghantam pembatas jalan,  impactnya akan lebih fatal.

Reasoning saya: daripada kecelakaan di satu arah yang melompat ke arah sebaliknya (seperti kasus anak Ahmad Dhani)  dan menyebabkan mobil dari arah sebaliknya menjadi korban,  mungkin sekalian aja,  mati sendiri yg nyeruduk.  Mungkin gitu logikanya.  Entah.

Selain itu,  proses pembuatan beton setinggi ~1  meter itu dilakukan manual,  siang hari,  dengan pengamanan sangat minim kalo bisa dibilang gak ada. Pengaman para tukang ini hanyalah cone orange yang dipindah2kan mereka sendiri. Karena mereka mengerjakan dengan arah menuju Jakarta.  One slab at a time.

Adapun jalan masih dibuka 3 lajur,  cuma di beberapa lokasi yang diberi cone menjadi 2.5 lajur. Dan mobil-mobil tetap melaju dengan kecepatan tinggi,  sambil banting setir ke kiri kalau melihat cone.

Baru sadar,  memang nyawa warga negara Indonesia nyaris gak ada harganya,  kalau kalian orang biasa-biasa.  Lihat bedanya sangat jauh dengan pejabat menengah atau orang kaya yang ogah kena macet dan menyewa voorrijder untuk mengamankan jalur bepergiannya.  Sungguh ironis.

Apakah karena peribahasa "Mati satu tumbuh seribu",  "Esa Hilang Dua Terbilang",  makanya mati murah marak dimana-mana?  Walahualam.

Senin, 29 September 2014

Living Digitally in Singapore

Singapore adalah negara maju yang dalam hal aplikasi digital, sangat advanced dibandingkan dengan kita, negara tetangganya yang notabene adalah negara besar (baik dari luas area maupun jumlah penduduk).

Banyak yang beralasan bahwa Singapore itu negara kecil, jadi level kompleksitasnya juga sederhana dibandingkan dengan Indonesia. Okay, katakanlah gue agree dengan excuses itu. Sekarang kita bandingkan Singapore dengan Jakarta deh. (Karena Singapore, selain menjadi nama negara, sekaligus menjadi nama pulau, dan menjadi nama kota. Sweet).

Singapore, dengan MRT dan Bus yang sudah merambah rapi ke seluruh ujung pulau, masih terus bebenah dengan menambahkan rute-rute MRT baru. Setiap ada penambahan mall atau hotel, atau tempat atraksi, akan selalu ada pembangunan jalur MRT baru.  Gak usah jauh-jauh dibandingkan dengan Indonesia deh, yang bikin MRT aja masih mabok dan ngeri kalo banjir, terowongan MRT dipenuhi air, bunuh diri massal deh, kita.

Bandingkan dengan Hongkong aja deh. Hongkong punya MTR udah lama juga. Tapi... selain di utara Pulau Hongkong, mentok hanya merambah ke Kowloon dan New Territory. Di selatan Pulau Hongkong, seperti Aberdeen? Sepi, terbelakang. Bahkan Ocean Park aja gak terhubung dengan MTR. Yang di develop adalah Kereta Api arah ke Shenzhen. Tujuannya, Hongkong akan disatukan aktivitasnya dengan mainland China (PRC). Pantes orang-orang Hongkong marah dan bikin gerakan #OccupyCentral ... I wonder gimana nasib TKW kita yang suka nongkrong di Victoria Park.. kegusur deh dengan pendemo.

Selain itu, MRT Singapore bersih, rapi, teratur, dengan banyak tempelan sticker himbauan dalam 4 bahasa (Inggris, Mandarin, Melayu, Tamil). Dengan beberapa stasiun mencapai 5 level di bawah tanah, amazingly di MRT kita masih bisa mendapatkan sinyal telepon dengan kecepatan yang lumayan. Bandingkan dengan provider-provider ngehek kita yang di ruang terbuka aja sinyalnya sekarat. Dengan iseng menyalakan google map di dalam MRT jalur CityHall - Bayfront di Circular Line, kita bisa melihat jalur mana di bawah tanah kita bergeraknya. Makanya di MRT, orang anteng nunduk ke gadget masing-masing, nonton streaming video, chatting dengan teman.

Menuju lokasi yang belum ada jalur MRTnya? Atau malas berpindah MRT dan jalan jauh ke bawah tanah? Bisa tinggal unduh aplikasi yang bisa menunjukkan bis berikutnya berapa menit lagi tiba. Cukup mengisi tujuan. Titik awal otomatis dipindai dari Location service di Halte tempat anda berdiri. Apabila ada multiple option dengan bus dalam beberapa nomor, akan muncul semua opsi anda. Aplikasinya ini:


Nah, saat kemarin ke sana, orang Singapore pada heboh dengan asap kiriman dari Jambi, mereka memonitor selain dari TV jumlah psi (particle per square inch) yang berkisar 60-70. Di atas 100, mereka menutup semua pintu dan jendela apartemen dan menghindari keluar rumah dalam waktu lama. Mereka bilang di Riau sudah mencapai 300. Dan kita baik-baik saja. Mereka sudah bersin-bersin, asma, gatal mata. Kita manusia super... wkwkwkw ... Aplikasinya dibuat country spesific oleh National Environment Agency, seperti ini:


Dan Indonesia...??? Menteri Kominfo nya masih nanya... "Buat apa internet cepat" dan "mengancam tutup twitter"??? Bener-bener gak mutu...