Rabu, 31 Agustus 2016

Tergoda

Bacaan Injil Senin 29 Agustus 2016 adalah cerita yang sangat populer. Saking populernya tidak kurang dari Oscar Wilde menulis play/pementasan dengan tokoh dan jalan cerita sama. 

Pun beberapa pelukis kenamaan juga melukis subyek dalam cerita biblikal ini, dengan sudut pandang berbeda. Carravagio, pelukis Italia yang memperkenalkan konsep chiaroscurro (gelap/terang) dalam lukisan tidak hanya mempunya 1 gambar tentang pemenggalan St Yohanes Pembaptis, melainkan beberapa, dengan kekhasan chiaroscurro nya yang membuat lukisannya terasa mencekam.


Beberapa pelukis melukiskan betapa meriahnya tarian Salome dalam pesta Herodes. Dengan kostum khas abad pelukis tersebut hidup, yang tentunya berbeda dengan kostum saat Salome dan Herodes hidup.


Jadi bertanya-tanya wanita macam apakah Herodias? Manusia kejam yang meminta kepala orang lain sebagai hadiah? Wanita yang tega meninggalkan suaminya demi saudara suaminya yang penguasa? Yang menyodorkan anak gadis menari untuk "menyenangkan hati suaminya"?

Orang seperti apakah Herodes? Gengsi seorang penguasa saat dihadapkan di tamu-tamunya disaat ditagih untuk memenuhi janji yang di sesumbarkan sesaat sebelumnya. Dan laki-laki yang tega merampas istri saudaranya dan dijadikan istri sendiri. (Rupanya jaman-jaman itu berebut istri itu sudah biasa, seperti juga kisah Daud dan Betsheba).

Sikap bathin bagaimanakah yang dialami seorang Salome, yang menari karena menuruti ibunya, kemudian meminta kepala sesorang karena menuruti permintaan ibunya. Adakah rasa penyesalan dan ngeri meliputi hatinya sesaat setelah kepala Yohanes Pembaptis dipersembahkan padanya di atas nampan? Beberapa lukisan menunjukkan wajah ngeri dan pucat yang berpaling dari pemandangan ngeri penggalan kepala yang dihidang di piring.


Tapi yang paling menarik adalah tarian macam apa yang sampai membuat seorang raja terpikat sedemikian rupa sehingga ia berani menjanjikan separuh Kerajaannya dan bahkan (akhirnya) kepala nabi tawanannya? Kesenangan hati seperti apa yang membuat orang lupa diri? Keindahan apa yang dimaksud? Apalagi dikatakan menari di depan tamu-tamu raja.



Mari merenung..

Kamis, 25 Agustus 2016

Begini Rasanya Ditinggal Anak




Sebenernya cerita ini adalah flashback dr perjalanan Adeline mengikuti summer camp di Norwegia tgl 30 Jun - 24 Jul 2016 lalu. Tetapi karena safety issue, semua social media posting is discouraged demi keamanan anak2 yang mengikuti summer camp. Jadi gue baru posting sekarang.

Kita semua yang pernah muda pasti tahu radanya ditinggal pacar dan kemudian harus LDR. #eaaa... gak enak kan? Ditinggal anak lebih gak enak lagi. Suwer!!.. Apalagi dalam program ini, program koordinator menganut "No news is good news". Terlebih lagi dengan no gadget policy dan no communication with home selama program.


Saat pesawat mulai take off, seperti orang gila gue following the plane path via FlightStats. Wondering how she is doing inside airplane. If she warm enough for the trip, etc. 


Malam itu, setelah keberangkatannya, gue (yang biasanya begitu diem dikit langsung pules) nyaris gak tidur semalaman, kebangun tiap jam dan ngecek dia di mana. Edan kan? Untungnya besoknya udah mulai bisa tidur. 

Satu-satunya kabar kita terima dari program coordinator. Foto mereka nunggu boarding di CGK, transit di KUL, transit di AMS. Setelah itu gak ada news.


Sebetulnya ada blog program. Dan gue seperti orang gila sehari beberapa kali membuka website yang gak tiap hari diupdate *cobalah ngana bayangkan!!*

Sekalinya kita pergi berlibur tanpa anak gadis, saat kita memperbolehkan anak2 lanang beli permen di C*nd*licious, gue juga beli satu kantong sampe bapaknya anak-anak kaget kok mamanya ngikut doyan. Dan aku bilang: "ini untuk anak gadis" yang setelah itu diketawain karena anak gadis mah entah kapan pulangnya, masih lama banget.

Belum lagi setiap beberapa hari sekali, masuk ke kamar anak gadis dengan perasaan nostalgic... melihat sekeliling dan memikirkan sedang apa dan di mana dirimu yang slalu kurindu.. *nyanyi seperti Sammy Simorangkir*... hahahha

Saat camp akan berakhir, yang terasa adalah mixed feeling antara dia yang mau pulang ke pelukan, dan dia yang akan bersedih meninggalkan teman-teman di camp. Trman-teman yang 3 minggu sebelumnya awkward dan malu-malu, dan harus berpisah di zenith keakraban mereka (sebelum banyak konflik muncul kalau diperpanjang sampai jangka waktu tidak tertentu).



Begitu Flightstats menunjukkan pesawat BGO-AMS sudah bergerak, serasa melonjak hati ini. Perasaan semakin berdebar saat pesawat bergerak sepanjang jalur AMS-KUL. Ngalah-ngalahin deg-degannya menunggu pacar jaman baheula. Sumpah.


Dan lebih uring-uringan lagi saat penjemputan yang nyaris terlambat dan salah terminal (kita epic fail)... tetapi semua terbalas dengan nguwel-nguwel kepala anak gadis yang udah gak mandi puluhan jam. 


Dan malam harinya, membaca komentar semua temannya di buku BrokenPlanet nya.. I know you're gonna be okay.. 



May be deep down inside ada hal-hal yang selalu dikhawatirkan seorang ibu, worry because the unknown future, fear karena gak bisa melindungi anak lagi. But sometimes, there are things that better left unanswered and best left to God's hand.

29 July 2016
Mellow Mama

Selasa, 02 Agustus 2016

MENGAPA KAMU SEORANG KATOLIK?

Sebenarnya gue pernah baca artikel ini, tapi lupa entah di mana. Nah kemarin sore, artikel ini dikirimkan oleh Mgr Nicolaus Adi Seputra MSC, Uskup Agung Merauke. Jadi supaya gak lupa, gue repost di sini.

MENGAPA KAMU SEORANG KATOLIK?
oleh Pater William P. Saunders

Pertanyaan:

Terkadang saya bertemu dengan orang-orang yang mengatakan, "Oh, saya dulu seorang Katolik." Kemudian mereka bertanya, "Mengapakah kamu tetap tinggal dalam Gereja Katolik?" Mohon jawaban yang baik untuk menanggapi pertanyaan "Mengapa kamu seorang Katolik?"

Tanggapan:

Setiap orang Katolik sepatutnya dapat memberikan suatu jawaban yang mantap dan mendalam atas pertanyaan, "Mengapa kamu seorang Katolik?" Tentu saja, bagi tiap-tiap invidivu, jawabannya bersifat amat pribadi dan mungkin agak berbeda dari jawaban orang lain. Saya harap, tak seorang pun dari kita yang telah dewasa akan sekedar menjawab, "Yah, karena orang tua membaptisku Katolik" atau "Aku dibesarkan secara Katolik" atau "Keluargaku semuanya Katolik." Bukan. Bagi masing-masing kita, jawabannya haruslah pribadi, dari lubuk hati dan penuh keyakinan. Saya akan memberikan jawaban saya atas pertanyaan ini.

Pertama-tama, saya akan mengatakan bahwa saya seorang Katolik karena inilah Gereja yang didirikan Yesus Kristus. "Sejarawan paling ahli sekali pun akan harus mengakui bahwa Gereja Kristen pertama yang ada sejak jaman Kristus adalah Gereja Katolik Roma."  "Perpecahan besar pertama dalam kekristenan baru muncul pada tahun 1054,"  ketika Patriark Konstantinopel berselisih dengan paus atas siapa yang lebih berwenang; sang Patriark mengekskomunikasi paus, yang ganti mengekskomunikasi Patriark, dan lahirlah Gereja-gereja "Orthodox".
Kemudian, pada tahun 1517, Martin Luther memicu gerakan Protestan, dan ia diikuti oleh Calvin, Zwingli, dan Henry VIII. "Sejak itu, Protestanisme telah terpecah-pecah menjadi banyak Gereja-gereja Kristen lainnya."

Namun demikian, "satu-satunya Gereja dan Gereja Kristen pertama yang didirikan Kristus adalah Gereja Katolik." "Pernyataan ini tidak berarti bahwa tidak ada kebaikan dalam Gereja-gereja Kristen lainnya."  "Tidak pula berarti bahwa orang-orang Kristen lainnya tidak dapat masuk surga."  "Tetapi, sungguh berarti bahwa ada sesuatu yang istimewa mengenai Gereja Katolik."  Konsili Vatican II dalam "Konstitusi Dogmatis tentang Gereja" memaklumkan bahwa KEPENUHAN dari sarana-sarana keselamatan ada dalam Gereja Katolik sebab inilah Gereja yang didirikan Kristus (No. 8).

Alasan kedua mengapa saya seorang Katolik ialah karena Suksesi Apostolik. Yesus mempercayakan otoritas-Nya kepada para rasul. Ia memberikan otoritas khusus kepada Petrus, yang disebut-Nya sebagai "batu karang" dan kepada siapa Ia mempercayakan kunci Kerajaan Allah. Sejak jaman para rasul, otoritas ini telah diwariskan melalui Sakramen Imamat dari uskup ke uskup, dan kemudian diperluas ke imam dan diakon. Uskup kita sendiri, andai mau, dapat menelusuri kembali otoritasnya sebagai seorang uskup hingga ke jaman para rasul. Dalam tahbisan imamat yang suci, Bapa Uskup menumpangkan tangannya ke atas kepala calon imam yang akan ditahbiskan. Dalam saat khidmad itu, suksesi apostolik diwariskan. Dalam terang iman, orang dapat melihat bukan saja Bapa Uskup, melainkan St. Petrus dan St. Paulus, bahkan Yesus Sendiri, menyampaikan tahbisan suci. "Tidak ada uskup, imam ataupun diakon dalam Gereja kita yang menahbiskan dirinya sendiri atau memproklamirkan dirinya sendiri;"  tetapi otoritas itu berasal dari Yesus Sendiri dan dijaga oleh Gereja.

Alasan ketiga mengapa saya seorang Katolik adalah karena kita percaya akan kebenaran, yakni kebenaran mutlak yang diberikan oleh Tuhan Sendiri. Kristus menyebut Diri-Nya sebagai "jalan dan kebenaran dan hidup" (Yoh 14:6). Ia menganugerahkan kepada kita Roh Kudus, yang disebut-Nya Roh Kebenaran (Yoh 14:17), yang akan mengajarkan segala sesuatu kepada kita dan yang akan mengingatkan kita akan semua yang telah Ia ajarkan (Yoh 14:26). Kebenaran Kristus telah dipelihara dalam Kitab Suci. Konsili Vatican II dalam "Konstitusi Dogmatis tentang Wahyu Ilahi" memaklumkan bahwa, "segala sesuatu, yang dinyatakan oleh para pengarang yang ilhami atau hagiograf (penulis suci), harus dipandang sebagai pernyataan Roh Kudus,

maka harus diakui, bahwa Kitab Suci mengajarkan dengan teguh dan setia serta tanpa kekeliruan kebenaran, yang oleh Allah dikehendaki supaya dicantumkan dalam kitab-kitab suci demi keselamatan kita" (No. 11). Kebenaran ini terus dipelihara dan diterapkan pada suatu masa dan budaya tertentu oleh magisterium, yakni otoritas mengajar Gereja. Sementara kita menghadapi berbagai macam issue seperti bioetika atau euthanasia - masalah-masalah yang tak pernah dibicarakan secara spesifik dalam Kitab Suci - betapa beruntungnya kita mempunyai Gereja yang mengatakan "Cara hidup seperti ini adalah benar atau cara ini salah menurut kebenaran Kristus." Tak heran, Gereja Katolik menjadi berita utama di surat-surat kabar; kita adalah satu-satunya Gereja yang berpendirian tegas dan mengatakan, “Ajaran ini adalah benar selaras dengan pemikiran Kristus.”

Alasan lain mengapa saya seorang Katolik adalah karena sakramen-sakramen kita. Kita percaya akan ketujuh sakramen yang dianugerahkan Yesus kepada Gereja. Masing-masing sakramen menangkap suatu unsur penting dari kehidupan Kristus, dan melalui kuasa Roh Kudus mendatangkan bagi kita keikutsertaan dalam kehidupan ilahi Allah. Sebagai contoh, coba renungkan betapa anugerah mahaberharga kita boleh menyambut Ekaristi Kudus, Tubuh dan Darah Tuhan kita, atau menyadari bahwa dosa-dosa kita telah sungguh diampuni dan jiwa kita dipulihkan setiap kali kita menerima absolusi dalam Sakramen Tobat.

Dan yang terakhir, saya seorang Katolik karena orang-orang yang membentuk Gereja. Saya mengenangkan begitu banyak para kudus: St Petrus dan St Paulus yang memelihara agar Injil hidup pada masa-masa awali. Pada masa penganiayaan Romawi, para martir awal Gereja—seperti St. Anastasia, St . Lusia, St. Yustinus atau St. Ignatius dari Antiokhia, yang pada tahun 100 menyebut Gereja "Katolik"—membela iman dan menderita aniaya maut karenanya. "Pada Abad-abad Kegelapan, ketika banyak hal sungguh "gelap", memancarlah terang yang benderang dari St. Fransiskus, St. Dominikus dan St. Katarina dari Siena". Pada masa gerakan Protestan, ketika bidaah mengoyak Gereja, Gereja dibela oleh St. Robertus Bellarminus dan St. Ignatius Loyola, para reformator sejati. Saya berpikir mengenai para kudus yang hidup di jaman kita, seperti Moeder Teresa atau Paus Yohanes Paulus II, yang dari hari ke hari melakukan karya kudus Allah. Ada begitu banyak para kudus yang mengilhami masing-masing kita untuk menjadi warga Gereja yang baik.

Tetapi ada mereka-mereka yang lain juga. Pada waktu Misa, arahkanlah pandangan ke sekeliling gerejamu. "Lihatlah pasangan-pasangan suami isteri yang berjuang untuk mengamalkan Sakramen Perkawinan dalam abad yang memperturutkan hawa nafsu dan perselingkuhan". "Lihatlah orang-orangtua yang rindu mewariskan iman kepada anak-anak mereka." " Lihatlah kaum muda yang berjuang untuk mengamalkan iman kendati dunia yang penuh pencobaan." "Lihatlah kaum lanjut usia yang tetap setia kendati perubahan-perubahan dalam dunia dan Gereja". "Lihatlah para imam dan kaum religius yang membaktikan hidup mereka demi melayani Tuhan dan Gereja-Nya". Ada begitu banyak orang yang membentuk Gereja kita.

Ya, tak seorang pun sempurna. Kita berdosa. Itulah sebabnya mengapa salah satu doa terindah dalam Perayaan Misa dipanjatkan sebelum tanda damai; kita berdoa, "Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa kami, tetapi perhatikanlah iman Gereja-Mu." Ya, kendati segala kelemahan manusia, Gereja, sebagai lembaga yang didirikan oleh Kristus, terus melaksanakan misi-Nya di dunia ini.

Singkat kata, itulah alasan-alasan mengapa saya seorang Katolik dan seorang warga Gereja Katolik Roma. Alasan-alasan ini bukanlah asal. Melainkan, mencerminkan permenungan mendalam dan pergulatan, setelah dibaptis Katolik, setelah melewatkan masa pendidikan di sekolah St Bernadette, setelah lulus dari SMA West Springfield, dan setelah pergumulan sengit dengan iman sepanjang hari-hari perkuliahan di William and Mary dan kemudian di Seminari. Saya harap setiap orang Katolik dapat dengan bangga memberikan suatu jawaban yang jelas dan mendalam atas pertanyaan, "Mengapa kamu seorang Katolik?"

Fr. Saunders adh Dekan the Notre Dame Graduate School of Christendom