Jumat, 10 Juli 2015

Oleh-oleh dari Lombok: Asal-usul Suku Sasak

Suku mayoritas yang tinggal di Pulau Lombok adalah Suku Sasak. Awalnya, gue pikir suku Sasak ini adalah suku Bali yang bablas ngungsi lagi (mungkin saat Gunung Agung meletus or so). Ternyata bukan.

Sekali lagi, cerita ini dituturkan oleh Pak Andi, driver kami selama di Lombok. Mengenai kebenaran dan nilai historisnya walahualam.

Suku Sasak aslinya adalah orang-orang Jawa yang menghindari kerja membangun Borobudur (berarti saat wangsa Syailendra di abad ke 8-9), saat agama Buddha berkembang pesat.  Mereka pergi dari selatan pulau Jawa berjalan lurus ke depan... (ke arah Timur).... berjalan lurus, dalam dialek Suku Sasak, disebut Lombok (dibaca sebagai Loumboug, bukan Lombok seperti cabe dalam bahasa Jawa)....  Saat mereka bertemu Pulau Bali, ternyata Bali pun sudah berpenghuni, mereka berjalan lagi, Lombok (lurus) ke arah Timur lagi, sampai bertemu dengan pulau Lombok yang relatif masih belum berpenghuni. Mendaratlah mereka di sini dan beranak pinak.

Adapun nama Sasak sendiri, berasal dari perahu bercadik 2 yang membawa mereka ke tanah baru. Perahu bercadik ini dalam bahasa setempat disebut Sak-sak. Akhirnya dipermudah menjadi Sasak.


Adapun berapa pertanyaan di benak gue (yang gak berani gue tanyakan ke Pak Andi, karena takut ntar gue diturunin di tengah jalan) adalah.. kenapa suku Sasak mayoritas Muslim? Logikanya kalau orang Bali adalah keturunan Raden Wijaya yang belakangan terdesak sejak Gajah Mada moksa setelah Perang Bubat dengan kerajaan Sunda, sehingga orang Bali mayoritas Hindu (match dengan agama mayoritas kerajaan Majapahit saat itu. Bahkan dari segi arsitekturnya, apabila kita melihat gapura Bali, kita melihat ada kesinambungan design arsitektur, antara lain, penggunaan bata merah (seperti yang juga ada di peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto -- Misalnya Candi Tikus).

Beberapa kemungkinan yang ada di kepala gue mengenai agama ini adalah, orang-orang Sasak berlayar saat kerajaan Mataram (entah karena sebab apa) karena Mataram Islam ada setelah Mataram Hindu. Berarti bukan di abad 8-9 exodusnya, melainkan di abad 12-13, setelah Laksamana Cheng Ho datang dan dengan 7 Sunan mengislamisasi Jawa dengan inkulturasi budaya.

Atau, kemungkinan lain adalah... orang-orang Sasak ini awalnya adalah penganut animisme dinamisme (agama asli nenek moyang Indonesia) yang terdesak dengan berkembangnya agama Buddha di abad 8-9 -- yang berarti time frame nya matching dengan cerita Pak Andi, driver kita.  Lalu Islamnya dari mana? Islamisasi nya baru datang belakangan, entah karena keharusan dari Orde Baru untuk mencantumkan 1 dari 5 agama, sebagaimana hilangnya kepercayaan Kejawen, Sunda Wiwitan, dsb.

Apabila kemungkinan kedua yang benar, berarti nyata bahkan di pulau-pulau terpencil begini, kita tidak bisa lepas dari birokrasi yang mencengkeram semua sendi-sendi kehidupan masyarakat.

The truth is out there -- X Files .....

Kamis, 02 Juli 2015

Oleh-oleh dari Lombok: Legenda Putri Mandalika

Dahulu kala,  di Lombok,  ada seorang raja yang mempunyai seorang putri yang sangat cantik jelita,  Putri Mandalika namanya.  Selain cantik,  putri Mandalika juga baik hati dan disayang rakyatnya.

Karena kecantikan dan kebaikan hatinya,  tidak sedikit pemuda yang jatuh cinta,  baik itu dari kaum bangsawan,  maupun dari rakyat jelata.

Apabila pemuda rakyat jelata hanya bisa bermimpi mempersunting Putri Mandalika,  tidak demikian halnya dengan Putra-putra raja dari kerajaan tetangga. 

Singkat cerita,  ada 4 pemuda Putra Raja negeri tetangga yang mengajukan permohonan untuk meminang Putri Mandalika.

Alih-alih bahagia dijadikan rebutan Putra-Putra Raja (seperti gadis-gadis alay jaman sekarang),  Putri Mandalika justru gundah bukan kepalang dengan 4 lamaran tersebut.

Putri Mandalika berpikir,  bila dia memilih salah satu dari pelamarnya,  niscaya kerajaan yang lamarannya ditolak akan marah dan menimbulkan peperangan.  Dan dalam peperangan,  yang sengsara pasti rakyat jelata. 

Walhasil,  setelah berpikir masak-masak,  Mandalika memutuskan untuk terjun dari tebing batu di salah satu pantai di selatan Lombok,  yang kini kita kenal dengan Pantai Mandalika. 

Adapun sebelum Mandalika bunuh diri,  dia sudah berjanji bahwa Ia akan kembali menjadi sesuatu yang bermanfaat untuk rakyatnya.

Setelah dia ditelan ombak dan karang,  suatu malam muncullah "nyale" ,  cacing berwarna-warni di pantai tempat Mandalika terjun.  Rakyat takjub dengan keberadaan cacing-cacing tersebut,  dan mereka beramai-ramai menangkap cacing tersebut.  Rakyat percaya nyale  adalah perwujudan dan reinkarnasi dari Putri Mandalika. Dan orang percaya dengan janji Putri Mandalika bahwa Ia akan kembali menjadi sesuatu yang berguna. 

Nyale hanya muncul di Pantai Mandalika setahun sekali,  di akhir Februari.  Sampai saat ini acara mencari dan menangkap cacing ini selalu dirayakan tahunan oleh penduduk setempat,  dengan nama "Bau Nyale"  (bau = mencari).  Nyale yang ditangkap dipercaya bisa menyembuhkan penyakit,  dan dikonsumsi. Konon (kata bocah-bocab penjaja gelang di pantai sekitar)  rasanya pun sedap nian.
Saat ini di Pantai Mandalika dibangun patung Legenda Mandalika ini oleh Pemda Lombok.  Dan karena abrasi,  patung sempat ambruk dan dipugar ulang. Sampai saat ini,  di lokasi hanya ada 3 pangeram yang mengejar seorang putri.

*Ditulis ulang berdasarkan cerita dari Pak Andi,  driver Lombok Friendly Tour