Senin, 15 Februari 2016

Doa Bapa Kami

Sudah beberapa minggu ini, pikiran berada di antara sibuknya pekerjaan, persiapan silaturahmi ke keluarga besar, dan permasalahan yang dihadapi oleh asisten di rumah.

Untuk pekerjaan dan silaturahmi, bisa lah gue hadapin sendiri, karena memang semuanya on going. Pekerjaan walaupun slow dan stagnant, masih kelihatan ada progress-progress kecil yang bisa dicukup-cukupkan untuk menghibur diri. Silaturahmi lebih mudah, tinggal berangkat, karena tiket pesawat sudah di booking dari beberapa bulan lalu.

Untuk persoalan yang dihadapi asisten di rumah dengan keluarganya, ini yang membuat gue stress dan gak bisa tidur. Di satu sisi, kalo mau cuek, sih, bisa. Toh itu bukan urusan gue secara langsung.

Tetapi mengingat 14 tahun dia mengabdi di keluarga kita, dan kitalah satu-satunya orang terdekat dia yang bisa dimintai tolong, kita jadi punya kewajiban moral untuk menolong.

Belum lagi, ternyata kemarin pagi setelah aku ajak ngobrol lagi, ternyata ada plot twist yang selama ini gak diceritakan ke kita entah karena sebab apa. Mungkin malu. Jadilah sesorean sampai pagi ini gue bangun tidur dengan sakit kepala, dan uban bertambah banyak. (Stress is real, my friend)

Pagi ini, dengan kepala berat dan kekhawatiran darah tinggi yang gue derita mengakibatkan stroke, gue jalan nganter anak-anak ke sekolah seperti biasa. Setelah mereka turun di sekolahan, iseng aku buka e-Katolik dengan Daily Fresh Juice nya yang sudah beberapa minggu ini absen aku dengarkan.

Bacaannya injil Matius tentang Doa Bapa Kami, dengan pembicara Rm William Pau dari Semarang. Perikop ini sudah kita dengar berulang kali lah, bukan perikop asing. Tetapi homili hari ini, sangat menyentuh, karena merupakan sharing Romo tentang kekuatan Doa Bapa Kami.

Sepanjang homili, air mata mengembang di pelupuk mata. Mungkin hanya itu yang kita butuhkan hari ini... sepotong Doa Bapa Kami untuk kedamaian diri dan kedamaian asisten. Berpasrah pada kehendakNya.

"Bapa Kami yang ada di surga
Dimuliakanlah namaMu
Datanglah kerajaanMu
Jadilah kehendakMu
Di atas bumi seperti di dalam surga
Berilah kami rejeki pada hari ini
Dan ampunilah kesalahan kami
Seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami
Dan jangan masukkan kami ke dalam pencobaan
Tetapi bebaskanlah kami dari yang jahat
Amin."

Cibubur, 16 Februari 2016

Minggu, 07 Februari 2016

Act of Love - Happy Chinese New Year

Tiap tahun, saat malam Imlek dan sehari sebelum Imlek, kita selalu merayakannya di Bandung, di rumah mama Julian.

Dan tiap tahun pula, Mama sibuk memasak dan memastikan ke anak-anak dan menantu, serta 9 cucu yang hadir, bahwa makanan cukup. Yang berarti sebentar-sebentar Mama masuk ke dapur untuk menambah masakan.

Anak-anak, terutama Julian, suka complain ke Mama... Anak-anak inginnya saat berkumpul lebih banyak dipakai untuk ngobrol dan bercerita -- daripada sibuk di dapur, selain juga bahu Mama yang mulai sakit bila dipakai aktivitas dengan beban.

Tahun ini, Mama sudah berusaha mencuri start dengan mulai mempersiapkan masakan seminggu sebelumnya, supaya gak diprotes anak-anaknya. Tapi seperti biasa, ujung-ujungnya Mama berkutat di depan kompor dan sibuk memasak / menghangatkan makanan / mencuci bekas wajan, dll.

Kemudian tadi pagi, saat sibuk membantu Mama di dapur, Mama bilang: "Mumpung Mama masih bisa masakin kalian, Mama gak tega kalian gak cukup makan selama di rumah Mama"...

Hari ini aku belajar, buat Mama, memasak untuk keluarganya adalah her act of love. Memasak adalah satu hal yang Mama memang jago dan terbiasa lakukan sejak jaman gadisnya (Mama adalah sulung dari 12 bersaudara).

Sepertinya Mama menjalankan pesan Bunda Teresa: "Tidak perlu melalukan hal-hal besar, tapi lakukan hal-hal kecil dengan cinta yang besar"....

Semoga Mama sehat terus dan masih bisa memasak untuk keluarga many years to come... dan semoga kita semua diingatkan untuk melakukan hal-hal sederhana dengan cinta yang besar.

恭喜发财, 万事如意....

组大家发大财

Bandung, 8 Februari 2016