Kamis, 31 Maret 2016

Aku Cina

Beberapa hari, hati gue bergemuruh saat membaca berita bahwa ada ancaman kerusuhan dengan target keturunan cina miskin dari seorang Jendral, seorang Dubes, dan beberapa kawan yang menyebarkan berita itu dengan nada mocking ...

Gue keturunan Cina. Itu given. Gak bisa diganti.

Dan begitu juga dengan 90% warga Indonesia. Karena sesungguhnya Melayu adalah ras Mongoloid (Cina). Kecuali bila anda berkulit hitam legam seperti teman2 di daerah Timur. Itu ras Melanesia.

Pun disebutkan, nenek moyang orang Indonesia berasal dari Yunan Selatan Yunnan (云南) adalah salah satu propinsi di Cina, tempat tinggal 25 suku minoritas (dari 56 suku yang diakui di Cina). Beberapa suku itu, cara berpakaiannya mirip dengan suku2 di Indonesia.

Anyway, walaupun banyak orang merasa lebih pribumi karena lebih dahulu tiba di Indonesia, mau tidak mau, kita harus mengakui bahwa sejarah bangsa ini memang adalah sejarah kekerasan. Setiap pergantian kekuasaan menumpahkan darah. Dari jaman Ken Arok, bahkan sebelumnya. Sampai peralihan dari Soekarno ke Soeharto, dan Soeharto ke Habibie, semua butuh korban dan berdarah-darah. Darah sesama anak bangsa yang ditumpahkan entah  atas nama apa.

Kita patut bersyukur, bahwa pertumpahan darah terakhir saat Mei 98, membuahkan pemerintahan yang dalam peralihan kekuasaannya tidak lagi menumpahkan darah (dari Habibie ke Gus Dur, dari Gus Dur (satu2nya korban) ke Mega, dari Mega ke SBY (korban perasaan), dari SBY ke Jokowi (korban baper kejayaan masa lalu)). Semua relatif aman. Demokratis istilah kerennya.

Satu lagi buah positif dari Mei 98 adalah berani masuknya kaum cina (yang selama ini apolitis atau anti politis) ke partai politik, bahkan ke pemerintahan. Kita bisa melihat Hari Tanoe dengan santai muncul tanpa menutupi bahwa dia Cina dan non-Muslim. Sesuatu yang langka saat jaman Orde Baru. Kalopun ada, kamu harus menutupi fakta/ pura2 bukan Cina dan bukan non-Muslim dengan cara menikah dengan anak petinggi, dan masuk Islam (misalnya Prabowo).

Pun fenomena Ahok itu menurut gue adalah hasil dari Mei 98. Dimana pada titik terendah setelah kerusuhan dan ekonomi Indonesia mundur 10 tahun karena pelarian dana (bukan hanya dari pengusaha Cina, tapi juga dari pejabat pribumi). Beberapa orang pribumi yang ikut serta dalam penjarahan merasa menyesal telah ikut andil dalam merusak rumah bersama, karena setelahnya, merekalah juga yang tergencet dengan pengangguran, harga sembako mahal, dll, yang tidak sebanding dengan hasil jarahan.

Pun di kejadian Mei 98, saya yakin, bukan terjadi dengan sendirinya, melainkan karena ada provokator lapangan yang muncul dan memanaskan suasana (dengan membakar ban, teriak2 mengajak warga pribumi ikut menjarah), dan setelah suasana panas (warga mulai menjarah) orang-orang ini menghilang. Gue saksi mata dari kerusuhan ini, dan hingga beberapa tahun setelahnya, kerumunan orang di lampu merah membuatku keluar keringat dingin sebadan).

Kerusuhan terhadap Cina dialami langsung oleh alm papa mertua di Garut (toko hasil bumi dijarah dan dibakar habis), teman di Solo (ruko dijarah), teman di Ende (ruko dijarah dan dibakar), dan daftarnya akan semakin panjang. Semua pengalaman itu membekaskan banyak hal di hati kita, dan mempengaruhi pola pikir dan pola hidup kita.

Jadi kalau sampai ada ancaman provokator bahwa akan jadi kerusuhan dengan target Cina, menunjukkan gerakan Ahok ini sudah menjadi sepenting perebutan posisi Presiden (now I start wonder why, mungkin duit APBD nya segedhe gabon), dan sudah ada yang merencanakan untuk mengulang pakem 1998.

Tetapi sebaliknya, apabila Ahok tidak mencalonkan diri, apakah ada jaminan bahwa keturunan Cina tidak akan menjadi target apapun itu (misalnya: pemerasan oknum pemerintah/polisi). Tidak ada jaminan juga, kan?

Kalo sama2 gak ada jaminan, kenapa takut memilih atau mengusung Ahok? Ini hanya psy war yang ujung2nya milih gak milih tetap aja ada resiko.

Maju terus Ahok, aku dukung kamu bukan karena kamu Cina. Tp karena kamu berani melawan ketidakbenaran di lingkup kerjamu. (Sayang bukan KTP Jakarta).

Dari aku,
Anak Cina yang di usia 9 tahun diludahi tukang becak saat jalan kaki ke tempat les inggris.

1 komentar:

IngePoes mengatakan...

aku... anak Cina yg dr kecil dibilang kalo mati nanti akan disalib...
dulu Aku... takut bgt mati disalib...
sekarang aku sadar....
inilah salibku
gak usah nunggu matii