Kamis, 29 Desember 2016

Trip to Flores - Planning and Execution

Salah satu tempat yang sudah lama ingin aku kunjungi adalah danau 3 warna Kelimutu. Pelajaran geografi tentang keunikan crater lake (danau kepundan) ini sudah aku baca sejak SD, tetapi dahulu hanya bisa berandai-andai. 

Boro-boro mau ke Flores. Lokasi liburan kita yang saat itu tinggal di Surabaya, paling jauh ke arah barat adalah Semarang dan Jogja. Ke arah Timur adalah Bali.

Mimpi ini menguat ketika beberapa teman SMP/SMA yang tergabung di Whatsapp group berkumpul kembali, yaitu Fifi Limena dan Wemmi yang selalu menyemangati untuk pergi ke Maumere dan Labuan Bajo dimana mereka tinggal.

Belum lagi foto-foto spektakular dari akun instagram jalan-jalan. Contohnya @kakabantrip @tanahtimur @wendraalamanda yang bisa menampilkan lebih indah dari warna aslinya. 

Juga beberapa teman yang FB postingnya  membuat iri dengan travel adventure mereka ke Wae Rebo, yaitu Veronica Grasiaveni dan Nuniek Yuliana. 

Bahkan aku pernah bermimpi, bahwa suatu hari, aku akan mengambil sabattical leave dan menjelajah Flores selama 1 bulan. Dari Labuan Bajo ke pulau Padar, Rinca, Komodo, dilanjutkan ke Wae Rebo, Ruteng, Bajawa, Ende dengan Kelimutunya, Maumere, Larantuka, dan menyeberang ke Lembata.

Maka dari itu, saat kita punya kesempatan untuk pergi ke Pulau Komodo (dan Labuan Bajo), aku merasa "Life is too short not to go overland".  Walaupun masih baru 1/3 jalan dari rencana awal dan belom sampai ke Maumere, apalagi Lembata. 

Mulailah pencarian informasi mengenai perjalanan ke Flores. Rata-rata tour operator lokal menawarkan paket-paket singkat di seputaran Labuan Bajo. Apalagi dengan direct flight Garuda sejak September 2016 ini, Pulau Komodo seakan tampil sebagai alternatif long weekend island getaway selain Bali. 

Apabila ada tour operator yang menawarkan trip overland, rata-rata perjalanannya dimulai dari Labuan Bajo dan berakhir di Ende. Kemudian disusul either jalan darat kembali ke Labuan Bajo, atau flight non-direct ke Jakarta.

Dan... perjalanan Labuan Bajo ke Wae Rebo ini killing banget. 6 jam jalan darat dengan kendaraan (+ kondisi jalan raya jelek), disambung 3 jam jalan kaki untuk mencapai Desa Adat Wae Rebo membuat kita nyaris membatalkan perjalanan ini. 

Sampai akhirnya aku menemukan 1 nama yang muncul berulang di TripAdvisor, yaitu Teddy Aimbal. Uniknya, itinerary yang ditawarkan Teddy adalah reverse dari semua tour operator lain. 

Jadi kita akan landing di Ende (dengan 1x transit, either di Denpasar atau di Kupang), kemudian berjalan kembali ke arah Labuan Bajo. Dengan pace yang jauh lebih lambat daripada tawaran tour operator lain. 

Satu kekhawatiran yang kami pertimbangkan baik adalah kekuatan jalan kami ke Wae Rebo dari Denge (desa terakhir yang bisa dicapai dengan naik kendaraan), mungkin instead of 3 jam kita butuh 5 jam, karena kita membawa anak 3, as young as 10 years old, dan 1 Mama berusia nyaris 72 tahun.  (* kita menjalani 7 jam jalan darat karena kabut tebal dan hujan lebat, dan jalan kaki 4 jam karena jalan licin, hujan dan angin)

Tapi itinerary dr Teddy Aimbal bisa mengatasi ini dengan stay overnight di Denge sehingga kita akan berangkat fresh paginya dari Denge. Juga menginap semalam di Wae Rebo sebelum kembali berjalan kaki ke Denge.


Gue tau, ini rada-rada terdengar seperti mission impossible, tapi kita berpikir, kalau mau mengajak Mama, kalau tidak sekarang, kapan lagi?

Jadilah kita sekarang menjalani Mission Impossible yang menjadi Possible.

Enaknya lagi, harga dari Teddy adalah paket satu trip dengan itinerary demikian untuk sekian orang, harga sekian. Semua harga sudah termasuk hotel (dan sarapan), mobil, guide, sopir, porter. Yang belum termasuk adalah makan selama di darat dan tiket pesawat. Tentunya diluar jajan dan oleh-oleh untuk keperluan pribadi. 

Untuk hotel dan makan, Teddy punya rekanan dia tiap lokasi yang kita hargai ini sebagai effort untuk menggerakkan perekonomian lokal, sehingga kita hanya play along di lokasi-lokasi yang diarahkan.

Jangan expect hotel atau resto mewah, karena kemewahan adalah langka di pulau Flores. So set your expectation and get ready for your adventure.




PS: Kita berterima kasih kepada Sumanto Njono yang sudah menginfokan program pemberian buku cerita kepada anak-anak di Wae Rebo, dan kepada Fransiska Layunwira / Husin Wijaya atas sumbangan buku cerita anak-anak yang kita bawa ke Wae Rebo ini. 

PSS: Buy local products if you want to help the ethnic people in  Desa Adat, if possible. 

PSSS: Di Kelimutu hotelnya sempat diganti ke penginapan yang sangat sederhana, tapi intinya enjoy and go with the flow. Kalau mau upgrade ke hotel yang lebih bagus, bisa minta Kelimutu Eco Lodge.

PSSSS: Mama end up demam dan masuk angin di Labuhan Bajo, dan suspect typhus begitu sampai di Jakarta. May be this trip is not suitable untuk senior citizen.  Mungkin bisa di skip Wae Rebo, atau diperpendek tripnya. 

PSSSSS: Terima kasih banyak untuk Pak Loys Datang yang sudah membuat Trip kita memorable dan memastikan Mama tiba di Wae Rebo dan kembali dengan selamat, Pak Ekky driver kita selama perjalanan, dan penyelamat bagasi ketika pintu belakang tau-tau ngejeplak membuka, Febri yang sudah menemani perjalanan dengan menjadi porter kita dan bersama kita pertama menjelajah Wae Rebo (yang katanya "cape banget"), dan Pius Neta yang menjadi penunjuk jalan ke Wae Rebo.... Tuhan memberkati....



Tidak ada komentar: