Sabtu, 25 April 2015

Animal Instinct

I used to think that human has evolved away from its animalistic nature towards more humanist.  That we are higher than animals because we have intelligence and conscience.

But I guess we never entirely leave our animal instict. 

Everytime I saw people enthusiastically cheering any fight,  whether it's boxing championship,  WWF championship,  UFC,  or even street fighting,  I saw the animal instict in each of the twinkling eyes. 

We are emotionally affected,  and we want one fighter down,  as if we don't want co-champion.  We don't want co-existence exist.  We want one die for the other to be alive.

That's the most primitive desire from animal.  Even animal only kills and hurts other animals when they are hungry,  or felt threatened. 

But us?  Human kills and hurts in the name of a game.  For fun.

Senin, 06 April 2015

Bersetia dalam Penderitaan

Ada alasan kenapa gue pake kata-kata bersetia instead of setia doang.  Setia itu kata sifat.  Awalan ber- itu mengubah sesuatu yang awalnya kata sifat,  menjadi sesuatu pekerjaan,  sesuatunya dilakukan.  Disengaja.  Dengan usaha atau effort.

Bersetia itu susah-susah gampang.  Dalam kondisi yang enak,  bahagia,  berkelimpahan,  setia itu seperti default.  Jangankan teman,  musuh aja akan menjilat-jilat apabila kita dalam posisi 'di atas'.

Kebalikannya ,  saat kita di bawah,  jatuh,  hancur,  miskin,  siapakah yang mau bersetia dengan kita?  Bahkan kadang orang terdekat pun akan kabur dari sisi kita.

Hal ini pula yang tebersit di pikiran gue selama Pekan Suci ini...  Saat Yesus di Minggu Palma,  masuk kota Yerusalem,  dielu-elukan bagai Raja... Namun beberapa hari sesudahnya,  saat dia ditangkap Imam kepala dan dihadapkan di depan imam Agung Kayafas ,  lalu Pontius Pilatus, siapakah yang bersetia?   Bahkan muridnya,  Yudas Iskariot mengorbankan dia dengan menukar Yesus dengan uang.  Atau Petrus,  si pemberani yang masih bisa menetak daun telinga Malkus,  hamba dari prajurit yang akan menangkap Yesus,  pun,  menyangkal Yesus 3 kali,  karena takut.

Menariknya dalam peristiwa di sekitar akhir ajal Yesus sebagai manusia itu,  kita melihat contoh-contoh kebersetiaan dari orang-orang yang kadang tidak kita sangka-sangka.

1. Bunda Maria

Buat beberapa orang,  ada yang berpikir,  ' Ya pasti aja mamanya Yesus ikut mendampingi anaknya'. 
Tetapi dalam kehidupan nyata sekarang,  banyak sekali ibu yang bangga saat anaknya sukses dan mengucilkan atau menyembunyikan bila anaknya gagal atau cacat atau melakukan kesalahan besar.
Luar biasa lah Bunda Maria yang mengajarkan kita untuk selalu setia pada anak-anak kita,  kini dan kelak.

2. Veronica

Seorang wanita tergerak hatinya oleh belas kasih melihat penderitaan Yesus di Via Dolorosa.  Dan dia tanpa dikomando,  tanpa takut dg prajurit-prajurit Romawi,  mengusap wajah Yesus yang berlumur peluh dan darah. 
Veronica sendiri bukan nama dari wanita itu,  tapi artinya 'gambar nyata'  dari kain yang ia pakai untuk mengusap wajah Yesus,  sang pesakitan utama.

3. Maria Magdalena,  Maria ibu Yakobus,  Yohana

Ada beberapa Versi yang menyatakan 3 Maria di Injil Sinoptik,  tapi gue lebih suka meminjam deskripsi Penginjil Lukas,  karena Lukas dikenal menghighlight tokoh-tokoh wanita yang di jaman dahulu 'tidak masuk hitungan untuk ditulis dalam sejarah'.

Tiga wanita nekad ini,  saat murid laki-laki kabur dan bersembunyi,  subuh-subuh malah jalan ke kuburan (dan menemukan kuburannya sudah kosong).  Kepada ketiga wanita nekad ini,  kabar bahwa Jesus is risen pertama kali diberitakan oleh malaikat.  Mungkin karena Tuhan tau,  kalau cewe-cewe doyan menyebarkan berita (alias gosip).

Jadi,  wahai wanita-wanita,  dari awal mula,  sudah digariskan,  kita lah yang dari awal diciptakan untuk bersetia...

Apakah laki-laki tidak bisa bersetia?  Dalam drama sekitar penyaliban Yesus,  ada juga laki-laki yang menunjukkan belas kasihan dan kesetiaannya .

A.  Yohanes,  Rasul Yesus

Yohanes dalam lukisan-lukisan ,  Yohanes ini digambarkan sebagai seorang lelaki yang klimis disaat orang Yahudi pada brewokan.  Mungkin juga dia setengah melambai. 

Tetapi bukan hanya Yohanes menjadi murid kesayangan Yesus. Bahkan Yesus sendiri di akhir hayatNya menitipkan Bunda yang dikasihiNya kepada Yohanes.  Hanya rasa percaya yang besar yang bisa memampukan hal ini. 

Kalau kita lihat Injil Yohanes,  kita baca bahwa Yohanes memahami ucapan Yesus yang tersirat ,  bukan hanya yang tersurat.  Saat ketiga Injil sinoptik lain (Matius, Markus , Lukas)  bercerita tentang silsilah nenek moyang Yesus,  Yohanes bicara tentang Firman dengan abstrak.

Maka untuk hari-hari Raya,  baik di Tahun A-B-maupun C,  jangan heran kalau Injil dipilih dari Yohanes.

Dan Yohanes yang klimis dan kemayu ini,  ada di garda depan saat Yesus disalib,  di saat murid macho yang brewokan yang lain kabur.

B.  Simon dari Kirene dan Yusuf dari Arimatea

Saat nama orang disebut beserta asalnya,  berarti orang itu bukan native Yerusalem /Yahudi.  Tapi dari suku lain,  kota lain.

Orang-orang asing,  lebih mau membantu mengulurkan tangan,  daripada kenalan terdekat.  Simon membantu memanggul salib Yesus,  dan Yusuf menurunkan jenazah dan mengubur Yesus.

Dalam hidup kita pun,  penuh dengan ketidakenakan,  ketidaknyamanan,  bahkan benar-benar penderitaan (baik bathin maupun fisik).  Dan dalam keadaan tersebut,  jalan mana yang kita pilih?  Bersetia seperti orang-orang pilihan,  ataukah "cari aman"  dan "cari enak"? 

Pilihan ada di tangan kita.  Mampukah kita??