Senin, 29 September 2014

Living Digitally in Singapore

Singapore adalah negara maju yang dalam hal aplikasi digital, sangat advanced dibandingkan dengan kita, negara tetangganya yang notabene adalah negara besar (baik dari luas area maupun jumlah penduduk).

Banyak yang beralasan bahwa Singapore itu negara kecil, jadi level kompleksitasnya juga sederhana dibandingkan dengan Indonesia. Okay, katakanlah gue agree dengan excuses itu. Sekarang kita bandingkan Singapore dengan Jakarta deh. (Karena Singapore, selain menjadi nama negara, sekaligus menjadi nama pulau, dan menjadi nama kota. Sweet).

Singapore, dengan MRT dan Bus yang sudah merambah rapi ke seluruh ujung pulau, masih terus bebenah dengan menambahkan rute-rute MRT baru. Setiap ada penambahan mall atau hotel, atau tempat atraksi, akan selalu ada pembangunan jalur MRT baru.  Gak usah jauh-jauh dibandingkan dengan Indonesia deh, yang bikin MRT aja masih mabok dan ngeri kalo banjir, terowongan MRT dipenuhi air, bunuh diri massal deh, kita.

Bandingkan dengan Hongkong aja deh. Hongkong punya MTR udah lama juga. Tapi... selain di utara Pulau Hongkong, mentok hanya merambah ke Kowloon dan New Territory. Di selatan Pulau Hongkong, seperti Aberdeen? Sepi, terbelakang. Bahkan Ocean Park aja gak terhubung dengan MTR. Yang di develop adalah Kereta Api arah ke Shenzhen. Tujuannya, Hongkong akan disatukan aktivitasnya dengan mainland China (PRC). Pantes orang-orang Hongkong marah dan bikin gerakan #OccupyCentral ... I wonder gimana nasib TKW kita yang suka nongkrong di Victoria Park.. kegusur deh dengan pendemo.

Selain itu, MRT Singapore bersih, rapi, teratur, dengan banyak tempelan sticker himbauan dalam 4 bahasa (Inggris, Mandarin, Melayu, Tamil). Dengan beberapa stasiun mencapai 5 level di bawah tanah, amazingly di MRT kita masih bisa mendapatkan sinyal telepon dengan kecepatan yang lumayan. Bandingkan dengan provider-provider ngehek kita yang di ruang terbuka aja sinyalnya sekarat. Dengan iseng menyalakan google map di dalam MRT jalur CityHall - Bayfront di Circular Line, kita bisa melihat jalur mana di bawah tanah kita bergeraknya. Makanya di MRT, orang anteng nunduk ke gadget masing-masing, nonton streaming video, chatting dengan teman.

Menuju lokasi yang belum ada jalur MRTnya? Atau malas berpindah MRT dan jalan jauh ke bawah tanah? Bisa tinggal unduh aplikasi yang bisa menunjukkan bis berikutnya berapa menit lagi tiba. Cukup mengisi tujuan. Titik awal otomatis dipindai dari Location service di Halte tempat anda berdiri. Apabila ada multiple option dengan bus dalam beberapa nomor, akan muncul semua opsi anda. Aplikasinya ini:


Nah, saat kemarin ke sana, orang Singapore pada heboh dengan asap kiriman dari Jambi, mereka memonitor selain dari TV jumlah psi (particle per square inch) yang berkisar 60-70. Di atas 100, mereka menutup semua pintu dan jendela apartemen dan menghindari keluar rumah dalam waktu lama. Mereka bilang di Riau sudah mencapai 300. Dan kita baik-baik saja. Mereka sudah bersin-bersin, asma, gatal mata. Kita manusia super... wkwkwkw ... Aplikasinya dibuat country spesific oleh National Environment Agency, seperti ini:


Dan Indonesia...??? Menteri Kominfo nya masih nanya... "Buat apa internet cepat" dan "mengancam tutup twitter"??? Bener-bener gak mutu...



2 komentar:

Susy Rizky mengatakan...

Bikin ngiri ya Sien.

Dengan Menkominfo sekelas Tifatul , jangan harap kita bisa menyamai kemajuan dunia digital S'pore

Sienny Sentosa mengatakan...

Jauh, mbak Susy.. Jauhhhh.... *nangis ngejer*