Rabu, 27 April 2016

PARIS...

Paris yang menyisakan rindu, sudut-sudut kota yang berhiaskan façade indah, dan bangunan-bangunan genit baroque dan rococo dengan renaissance di sela-sela tembok-temboknya.

Paris yang dialiri denyut nadi Sungai Seine, dimana bateaux mouches lalu-lalang, diiringi pasangan yang bergandengan tangan menyisiri senja di sepanjang urat air. Penduduk yang melambai ke bawah jembatan menyapa turis melintas, dan pelukis jalanan yang memamerkan karya seni sekitar NotreDame.

Paris yang angkuh, dengan kubah emas Des Invalides yang berisi sang penakluk, Napoleon, yang akhirnya takluk oleh jaman.  Tugu Alexander III yang mengkilat di tengah kota. Menara Eiffel yang berdiri kokoh seperti Gatot Kaca dengan otot kawat dan tulang besinya. Arc de Triomphe yang menjadi saksi kemenangan yang tidak pernah dilihatkan pembuatnya. La Defence yang tegak membatasi baru dan lama. Yang vintage dan modern.

Museum yang berjajar menawarkan sejarah manusia. Louvre, Orsay, Versailles, kini menjadi petromaks penarik turis-turis Cina. Semua terbang mendekat seperti laron lapar cahaya. Melesat, lalu moksa.

Sampai kita lupa, kita pun kunang-kunang yang punya cahaya.

Paris, 19-21 April 2016

Tidak ada komentar: