Sabtu, 16 April 2016

Roma

Kota yang menyimpan sejuta romansa dalam denyut nadinya. Kota dimana bangunan-bangunan tua dan sejarah dunia berkelindan dengan spiritualisme dan modernitas.

Kota di mana gedung-gedung berarsitektur bersolek indah bersanding dengan kemuraman puing-puing kuno. Kota dimana gadis-gadis molek berlenggok menggoda pria. Dan kaum berjubah yang bertebaran di sepanjang jalan kota. Kota dimana laki-laki menjadi laki-laki sesungguhnya, dan yang suci sesekali binal tanpa dihakimi.

Langit pun berbicara banyak di Roma. Tentang keceriaan matahari senja yang keemasan. Tentang kesenduan mendung dan awan yang menggayuti halaman Basilica.

Pillar ballustrade yang angkuh, keras kepala seperti Santo Petrus, berjajar menjajah lapangan San Pietro. Patung raksasa di sepanjang jalan kota, menyapa membisikkan berbagai kisah insan dunia.  Bahkan angin pun berbisik merayu pengembara hati dan peziarah yang singgah di sudut-sudut kota, menyusuri pori-pori kota yang berdenyut dengan gairah. Menjelajahi urat nadi kehidupan antara keharuman aroma kopi dan roti yang baru dipanggang.

Reruntuhan kuno  meneteskan kisah-kisah kaisar-kaisar dan raja-raja. Tentang kemewahan, kejayaan, juga kejatuhan suatu wangsa. Gedung-gedung indah dengan ornamen baroque yang bersolek.

Jalan setapak sepanjang sungai Tigris, melewati kolong jembatan berornamen indah, atau sekadar mengamati aliran air yang melintasi kota sejuta Gereja.  Atau lorong-lorong yang melewati gang-gang sempit penuh dengan bau pesing pemabuk dan bau alkohol menyengat.

Roma adalah kota pusat paganisme dengan dewa-dewa Romawi, juga pusat Gerejawi. Berjaya namun beda masa. Sisa kejayaannya berserakan di jantung dunia. Berdetak perlahan namun pasti.

Roma seperti apa yang lekat dalam ingatanmu? Yang membuat engkau rindu untuk kembali. Roma seperti apa yang ada dalam khayalmu? Yang membuat engkau berangan pergi?

Roma, 12 April 2016

Tidak ada komentar: