Jumat, 22 Agustus 2014

Endless Corridors

Hari ini hidup berawal dan berakhir dari koridor-koridor panjang.  Sebagaimana kehidupan berawal dari sel telur dari ovarium menyusuri tuba falopii, dan berjumpa dengan jutaan sel sperma yang berenang sepanjang saluran vas deferens dan menyeberang ke vagina,  leher rahim dan mulut rahim.

Demikianlah kehidupan awal terbentuk seturut pemahaman sederhana ku.

Pagi ini berulang di koridor-koridor panjang yang berbeda.  Kali ini koridor-koridor yang aku lalui menghubungkan antara woman's clinic tempat dokter yang mengoperasi aku,  dengan bagian farmasi,  dengan bagian jantung.

Ya,  aku di diagnosa adenomiosis dan harus mengalami pengangkatan rahim.  Suatu hal yang buat masyarakat Timur melambangkan kewanitaan,  kesuburan.

Entah mungkin karena tegang ataupun takut,  tekanan darahku pun ikut-ikutan berulah,  meninggi dan tidak mau turun walau sudah dosis ganda. Sehingga dokter mengirim aku ke heart clinic untuk mengambil alat yg memonitor tekanan darah setiap 2jam dan di transfer otomatis ke medical record di NUH (talking about technology in science,  dan Tifatul Sembiring masih bertanya buat apa internet cepat?  - - Fuck you,  Minister!!  thank me)


Selain itu dokter juga menemukan kadar potasium (K)  di dalam tubuh sedikit rendah yang mungkin dapat mengakibatkan irama jantung terhenti saat dalam pengaruh anestesi,  sehingga harus makan makanan ini.

Demikianlah pagi itu,  aku dibaringkan di kasur rumah sakit dan didorong melalui koridor-koridor panjang yang berwarna putih. Lampu sepanjang koridor terlihat menyilaukan.  Mungkin surga mirip seperti ini,  kataku dalam hati.

Dalam koridor-koridor panjang itu,  kadang kita berpapasan dengan kasur RS lain yang juga didorong ke arah yang berlawanan.  Entah siapa mereka,  entah mereka sudah selesaikah dari operasinya atau tindakan yang lain.

Ada kalanya koridor itu bercabang,  dan berliku-liku.  Beberapa pekerja rumah sakit juga dengan ceria saling menyapa.  Mungkin mereka seperti penghuni awal surga sebelum Adam dan Hawa terusir dari Firdaus.

Di salah satu koridor,  ada kaca menuju keluar. Serta merta sinar matahari menyeruak masuk menghangatkan hati.  Tercurah kasih sayang dan doa dari teman-teman dan keluarga yang mengiringi perjalananku melalui koridor-koridor putih itu.  Terbayang senyum bahagia anak3 yang ditinggal di rumah.  Dan satu tekad..  Aku akan kembali.

Demikian saat Julian dan mama berpisah denganku di  salah satu sisi koridor,  kuucapkan "see you later,  alligator",  seperti yang sering kita selorohkan saat mengawali hari.

Koridor-koridor itu berujung di Operating reception no.  11 dan  Operating Theater no. 6 kemudian recovery area no.  17.  Lalu sekali lagi melalui koridor-koridor panjang...  Tidak hanya aku masih hidup,  tapi aku dilahirkan kembali,  dengan curahan roh kudus melalui kasih sayang orang-orang yang ada disekitarku.

Ada kalanya hidup kita harus di stop dan di restart ulang...

Singapore,  21 Agustus 2014

Tidak ada komentar: