Rabu, 07 Oktober 2015

Life is Sweet

Sore ini gue anter Adeline ke RS setelah sekian hari berturut-turut periksa darah, karena anak gadis divonis Demam Berdarah. Akhirnya setelah bertahan 4 hari di rumah, trombosit pun jatuh di bawah level dimana rawat jalan masih diperbolehkan.

Sementara administrasi dan kamar sedang dipersiapkan, kita menanti di salah satu tempat tidur di Instalasi Gawat Darurat.

Saat selesai mengurus proses administrasi di depan IGD, ada ambulans dari RS lain yang sedang berhenti di depan pintu IGD. Dan ada seorang ibu menggendong bayi dalam selimut yang masih sangat kecil. Perkiraan gue, usia bayi tak lebih dari 3 bulan.

Dan yang membuat hati gue jadi berdebar-debar, di belakangnya, ada wanita berjilbab berseragam safari khas rumah sakit yang membawa tabung oksigen yang menyambung ke bayi ini.

Sementara sama-sama menunggu, saya melihat bayi kecil ini dimasukkan ke ruang isolasi, dan mendapat perlakuan khusus.  Dan seorang bapak mengikuti kedua wanita ini, membawa tas yang terselempang di badannya, sambil memandang haru bayi kecil ini, dari luar pintu isolasi.

Walau tanpa bersuara, suasana menjadi begitu mencekam, sampai Adeline menyadarkan dengan bilang: "Mommy, boleh gak gordennya ditutup?"

Gue sempat terhentak dan berbalik menanyakan: "Memangnya kenapa, Cie?"

"Aku gak tega melihat bapaknya."

Pada saat itulah, wanita yang terlihat menggendong bayi keluar dari ruangan dan menunggu tepat di depan lokasi gue berdiri. Dan gue memberanikan diri bertanya:

"Bayinya kenapa, Bu?"

"Sesak napas. Bukan bayi saya. Tapi bayi bapak ini (sambil menunjuk ke Bapak tadi). Saya dokter yang mengantar dari RS untuk dirujuk ke sini, karena rumah sakit kami tidak mempunyai fasilitas NICU."

"Usia berapa bayinya?"

"Berapa, Pak?" Tanyanya ke arah Bapak si bayi yang masih berusaha mencerna pertanyaan yang dilemparkan mendadak ke dirinya. Kemudian setelah hening, dokter tadi menanyakan sekali lagi usia sang bayi.

Bapak tadi menjawab dengan lirih: "Dua hari".

Saya udh mau nangis. Dalam hati saya seperti diaduk-aduk. Ya Tuhan.
Masih begitu kecil, Tuhan...

Akhirnya berujarlah si Bapak. Sang bayi adalah anak ke 4. Lahir dengan sesak napas. Makanya dirujuk ke RS dimana kami periksa. Istrinya masih di RS asal, karena habis bersalin.

Beberapa tahun lalu, anak ke 2 nya menunjukkan gejala yang sama, sesak napas, pada usia 4 bulan, dan tidak tertolong.

Sang istri mempunyai warung, jadi sehari-hari sibuk. Anak pertama dan ketiga normal.

Pembicaraan gue tutup dengan: "Semoga cepat pulih, ya , Pak. Allah berikan yang terbaik buat bayi Bapak."

Saat itu, gue merasa... sungguh, Tuhan masih sayang sama gue, walaupun Adeline juga pernah sesak napas di usia 4 bulan, tapi Tuhan masih memberi ijin untuk membesarkan dan menyayangi dia, walaupun kadang-kadang bikin geregetan dengan sikap cuek dan judesnya.

Pun hari ini, dalam sakit demam berdarahnya, Tuhan masih mempercayakan aku, mama yang kadang cuek dan kurang keibuan, untuk memandikan, menyuapi, mengeringkan rambut putri sulung tersayang.

Kembali aku ke ranjang tempat anak gadisku berbaring meringkuk, aku peluk dia sambil melepas jaketku untuk menutupi kakinya , diiringi kata-kata anak gadis yg ditujukan mengejek aku: "Oh, so sweet". ... Life is indeed sweet, my dear... it surely is.

RS Mitra Keluarga Cibubur,
7 Oktober 2015

Tidak ada komentar: