Senin, 19 Desember 2016

Beautiful Indonesia

Kapan terakhir kalian ke Taman Mini Indonesia Indah (TMII)? Wahana apa yang terakhir kalian kunjungi?

Setelah setahun lalu ke TMII hanya utk melihat Moscow Circus, kemarin gue kembali menjejakkan kaki di TMII. Selain mengunjungi Museum of Indonesia, naik Kereta Gantung, dan mengunjungi beberapa anjungan, menjelang pulang gue memutuskan untuk memasuki salah satu struktur terunik di TMII, yaitu Keong Emas.

Di dalam Keong Emas adalah Teater IMAX. Gue gak akan menceritakan apa itu IMAX. Tapi Keong Emas punya beberapa film yang menarik. Salah duanya adalah "Living Sea" dan "Forces of Nature".

Kemarin karena gue bertekad hanya menonton apa saja di jadwal main berikutnya, jadilah gue menonton "Indonesia Indah 3" atau "Beautiful Indonesia 3".

To my amazement, film ini dibuat tahun 1990 oleh Ibu Sudharmono, yang saat itu menjabat Ibu Wakil Presiden. Dan di credit title masih muncul nama Ibu Tien Suharto, yang saat itu masih hidup, sebagai penggagas dan penasehat pembuatan film.

Berarti film ini dibuat dalam era Orde Baru. Muncul pula nama-nama seperti Joop Ave, G. Dwipayana (hayooo nama ini ngetop di mana??).

Entah mengapa perasaan ini menjadi mengharu-biru tanpa tertahankan.

Kemudian ditunjukkan bahwa film ini adalah sequel ke 3 dari 3 film. Dan di film ini ditunjukkan budaya dari 10 propinsi. Dan propinsi terakhir adalah Timor Timur. Yang kini sudah merdeka menjadi negara Timor Leste, tempat Krisdayanti diboyong Raul Lemos.

Tari-tarian dan adat istiadat yang dipertontonkan dalam film ini disutradarai dengan ciamik. Pakaian yang berwarna-warni cerah dan mewah, ditambah penataan adegan tari secara kolosal, menambah megah film ini.

Teknik pembuatan foto yang menunjukkan sistem terasering, arung jeram, maupun lautan bertebing, sudah seperti cinematic shot dari drone. Sebelum akhirnya gue sadar tahun1990 belom ada drone. Yang berarti gambar diambil dengan helikopter yang terbang dengan (sesekali) terbang vertikal.

Frame demi frame membuat rasa bangga terhadap bangsa dan negara ini membuncah. Inilah Indonesia!!!, jerit hati gue... Indonesia yang gadis-gadisnya dengan kecantikan alami menggunakan pakaian daerah sleveless tanpa takut dihakimi tidak religius.

Kemudian ada adegan kunjungan Paus Yohanes Paulus II setahun sebelum film ini dibuat. Adegan Paus dan Kardinal diarak dalam mobil terbuka melambai tangan di Gelora yang sekarang disebut Gelora Bung Karno (GBK) diiringi seruan 120.000 umat yang menyanyikan "Kristus jaya, Kristus mulia, Kristus, Kristus, Tuhan kita!!!" Seperti perarakan Minggu Palma.

Mungkin bila Paus berkunjung hari ini di Indonesia, Ormas Islam siap membubarkan dengan alasan GBK adalah fasilitas umum.

Sungguh membuat merinding, saat itu Paus Yohanes Paulus II, yang kini sudah menjadi Beato, memuji Indonesia sebagai negara dengan toleransi beragama paling tinggi di dunia.  Merinding sekaligus sedih membandingkan dengan kondisi hari ini.

Melihat ke belakang, menenggelamkan diri selama 30 menit dalam Indonesia yang mempesona di tahun 1990, dimana optimisme melambung menuju masyarakat adil makmur, rukun, sejahtera.

Dan gue tidak tahu lagi apakah gue harus memuji Pak Harto karena sudah memberikan rasa utopis kemegahan peradaban walaupun hanya dapat disesap dalam waktu singkat.  Ataukah gue harus membenci Simbah karena sudah membuat gue (dan jutaan orang lain) hanya sekadar bisa bermimpi di tengah bangsa yang tercabik-cabik.

Tidak ada komentar: