Selasa, 07 Februari 2017

Kejamnya Social Judgment

Ibukota lebih kejam daripada ibu tiri , demikian pepatah yang sering kita dengar sehari-hari saat orang mengeluh kerasnya hidup di Jakarta.

Sesungguhnya ada yang lebih kejam daripada ibukota, yaitu Social Judgment. Penghakiman sosial.

Kita bukan ngomong mengenai maling ayam yang digebugin walaupun sepintas itu juga termasuk social judgment alias penghakiman massal. Alias main hakim sendiri. Soalnya kalo main hakim rame-rame namanya Kidzania.

Salah satu penghakiman sosial yang paling hot sepanjang akhir tahun hingga awal tahun ini, yaitu yang dikompori oleh suasana Pilgub DKI.

Karena ada 1 oknum yaitu Buni Yani, yang mengedit ucapan petahana, sebut saja "Ahok" (bukan nama sebenarnya), dan editannya menjadi viral, maka ada social judgment bahwa si Ahok ini menista agama tertentu.

Lepas dari betul atau tidaknya judgment tersebut (yang seharusnya dibuktikan di pengadilan yang sayangnya tidak dibuka, sehingga lagi-lagi ucapan saat di pengadilan rawan diedit), umat agama tertentu tadi sudah menjatuhkan vonis bahwa Ahok bersalah.

Kemudian ada yang namanya Social Judgment turunan, yaitu orang lain yang tidak mempunyai kesalahan, tapi tetap dimusuhi juga hanya karena openly menyatakan dukungan terhadap orang yang dianggap bersalah, walaupun dukungannya tidak berkaitan dengan kasusnya.

Hal ini terjadi pada artis cantik kesayangan umat infotainment sebut saja "BunMai".

Hanya karena dia di salah satu social medianya menyatakan dukungan terhadap petahana yang dinilainya "bekerja dengan benar" dan berfoto bersama petahana tersebut, dimana petahana tersebut sudah dijatuhi vonis sosial, banyak followernya yang kontan marah, berhenti ngefans, dan unfollow.

Seakan-akan keberpihakan seseorang terhadap satu tokoh menjadi keberpihakan menyeluruh sebagai mana mereka membebek terhadap junjungannya para artis.

Mungkin karena memang begitulah kerangka berpikir di level mereka. Sampai salah satu komentar menyuruh sang artis mengikuti agama petahana.

Absurd? Iya.

Satu lagi yang lagi Hot beneran adalah F*rz* Hots. Karena screenshots sexting yang melibatkan seorang petinggi agama tertentu yang dalam perkataannya bak malaikat penjaga sorga, jadi hebohlah dunia pergosipan.

Yang lucu adalah walaupun sexting adalah ranah privat, kita happy banget dengan bocoran yang masih belom tahu apakah ini beneran atau nggak, siapa yang membocorkan, apa tujuannya; kita menggunakan moment dan weakness itu untuk imposing our social judgment towards those couple.

Dan... kita lebih banyak menjudge pihak perempuannya, karena yang kita bicarakan gak jauh dari sprei dan TV, juga symbol 😍 dan ❤.

Sama seperti jaman ada video 3gp dari seorang penyanyi berkharisma dengan beberapa artis cantik. Secara moral kita mengutuk mereka, pada saat yang bersamaan kita menikmati adegan percintaan itu. Mungkin untuk bahan coli.

Di satu sisi kita sadar bahwa social judgment itu kejam tapi di sisi lain, kita dengan bahagia turut menjadi salah satu pelaku.

Ironis? Iya. Absurd? Kita juga.

Tidak ada komentar: