Selasa, 06 September 2016

"Bahagia apabila" atau "Bahagia walaupun"

Di dunia ini kebahagiaan itu bagaikan mantera yang dicari banyak orang. Dan sebagian besar tidak bahagia dengan kondisi mereka saat ini. 

Mereka merasa mereka akan "berbahagia apabila"...... 
- lebih kaya
- lebih cantik / ganteng
- lebih kurus / bertubuh ideal
- lebih pandai 
- lebih dicintai pasangan
Daftarnya bisa panjang dan tidak pernah berakhir.

Tapi kita tahu bahwa banyak orang yang mempunyai hal-hal tersebut di atas, juga tidak bahagia. Berapa banyak orang cantik yang bunuh diri, terjerumus dalam pergaulan sesat, terjebak perselingkuhan, kawin cerai, dst.

Yang menarik adalah ada tawaran bahagia dengan cara yang berbeda. Tawaran ini awalnya datang dari Injil. 

"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat.
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."  (Mat 5:3-12)


Perikop di atas paralel dengan bacaan liturgi hari ini, 7 September 2016, yaitu Luk 6:20-26.

Kebahagiaan yang ditawarkan oleh Yesus adalah "bahagia walaupun"...

"Berbahagia walaupun" miskin,
"Berbahagia walaupun" berdukacita,
"Berbahagia walaupun" lapar dan haus,
Demikian seterusnya sampai perikop habis.

Apabila kita melihat dari mata manusia yang keduniawian, "bahagia walaupun" ini adalah hal bodoh. Orang miskin mana bisa bahagia. Bahkan ada joke yang mengatakan "menangis sambil naik ferrari lebih membahagiakan daripada menangis sambil berjalan kaki".

Tetapi bila ada tawaran "kenapa pula harus menangis bila kita bisa tersenyum atau tertawa?"... well mungkin sebagian dari kita tetep memilih naik Ferrari sambil nangis sih.. namanya juga manusia makhluk materialistik.

"Seeking happiness in material things is a sure way to be unhappy" ~ Pope Francis

Jadi buat mereka yang merasa bahwa kebahagiaan itu mahal, mereka mencarinya di tempat yang salah.


Bonus quote dari Bunda Teresa:


Mari mencari dan memperjuangkan kebahagiaan kita, karena Allah ingin kita bahagia....

Cibubur, 7 September 2016

Tidak ada komentar: