Sabtu, 19 September 2015

Monolog Sunyi

Selamat pagi,  Tuhan, apa kabarmu hari ini?  Hari masih kelam, bukan hitam,  seperti yang dibilang orang-orang,  Tuhan.  Langit ungu,  seperti warna liturgi saat-saat sedihMu.  Kenapa,  Tuhan?  Adakah setiap hari adalah penderitaan?  Karena setiap hari ada kekecewaan?

Kulihat umatMu menghadap Engkau.  Mengendap-ngendap dalam keheningan.  Apakah yang mereka cari.  Ngalap berkah kah?  Atau sekedar gugur kewajiban?  Benarkah mereka sungguh rindu Dikau seperti Engkau rindukan kami, rindu kami untuk bertobat kembali ke hatiMu?

Pagi ini,  Tuhan,  beberapa anak terkantuk di bangku Gereja.  Mungkin mereka lelah.  Atau juga bosan.  Beberapa umatMu datang terlambat.  Mungkin mereka sibuk bersiap-siap,  untuk pergi ke lain tempat hari ini.  Karena Misa adalah Prelude dan Foreplay dalam keriangan akhir pekan?

Saat mereka memasukkan tangan ke kantong kolekte..  Apakah yang ada di benak mereka,  Bapa?  Adakah jiwa seperti kaum farisi,  ataukah janda miskin?  Kutahu beberapa meremas-remas persembahan mereka sampai lumat.  Karena mereka malu dengan nilai yang hanya 3 digit angka nol. 

Yakin,  Engkau sayang kami semua dengan sama,  Tuhan?  Tanpa melihat jumlah yang kita persembahkan?  Bisakah kami persembahkan kekecewaan-kekecewaan kami?  Ketakutan-ketakutan kami?  Dosa-dosa kami?

Tuhan, pagi ini aku berlutut dengan hati yang menderu.  Kekecewaan yang kutahan,  untuk hal-hal yang mungkin kecil dan sederhana.  Yang jelas tidak sebesar pengorbananMu yang kadang kelihatan sia-sia.

Betapa sulit untuk beroleh "damai"  dan "sejahtera"  saat hidup masih dipenuhi ekspektasi.   Tetapi bukanlah manusia hidup dari harapan,  Tuhan?  Bahkan Santo Paulus menulis pada umat di Korintus,  3 yang terbesar adalah Iman,  Pengharapan,  dan Kasih?

Ya sudah,  Tuhan.  Biarlah misteriMu menjadi misteri kekal yang abadi. Sebagaimana perang terdahsyat yang tak berkesudahan yang sering hadir dalam gelapnya bathin kami?  Peperangan yang tiada seorang pun tahu?  Saat kita masih bisa menyungging senyum di wajah.

Cibubur,  20 September 2015

Tidak ada komentar: