Sabtu, 10 Januari 2015

Jangan Poligami - lesson from the past

From time to time,  kita akan kembali lagi ke pertanyaan mendasar dari agama samawi. Siapakah yang lebih berhak sebagai bangsa terpilih.  Keturunan Iskak/Ishak/Isaac kah,  atau keturunan Ismail/Ishmael kah?

Semua ini berawal dari Abraham/Ibrahim yang poligami.  Iya.  Tapi jaman itu,  siapa yang gak poligami?  Tuan tanah yang kaya gak cuma poligami.  Tapi punya puluhan gundik yang dengan bebas bisa dia gauli.  Itu memang kebiasaan jaman itu.  Ingat,  Abraham hidup di jaman sebelum ada organized religion.  Orang masih tinggal di kemah-kemah di padang gurun.

Sebenarnya,  ada andil Sara/Sarah juga kenapa Abraham poligami.  Sara tak kunjung punya anak.  Entah siapa yang mandul.  Sarah kah,  atau Abraham?  Mereka jadi gunjingan orang karena belum punya keturunan sampai tua.  Bandingkan dengan saat ini,  kaum yang masih mengikuti patrilineal seperti keluarga Cina,  atau Batak,  juga tak segan-segan mendorong anggota keluarganya yang tak kunjung punya keturunan laki-laki untuk menikah lagi.  Mereka belum tahu bahwa secara biologi,  penentu jenis kelamin bayi adalah kromosom ayah.  Yee....

Sarah,  dalam rangka memulihkan nama baik dan reputasi Abraham, dia memasukkan budaknya,  Hagar,  seorang wanita Mesir,  ke dalam kesah Abraham.  Sarah yang tidak sabar dengan kondisi sekarang,  berusaha membuat janji Tuhan terkabul dengan cara manusia. Tapi yang dia tuai hanya kekacauan.

Setelah Hagar hamil dari Abraham,  Sarah merasa tersisih dan akhirnya mengusir Hagar melalui Abraham.  Dengan tegarnya Hagar bertanya: atas kemauan siapakah aku harus pergi.  Saat Abraham menjawab atas kemauan Allah,  dia berkata: "apabila Allah yang berkehendak,  aku yakin Allah akan memelihara aku dan anakku". 

Keep in mind,  Hagar dilepas di padang gurun, dan terpisah dari rombongan Abraham.  Dibuang. Hagar,  yang telah mengembalikan harga diri Abraham,  melahirkan anak dari Abraham,  dibuang setelah Sarah cemburu.

Anyway all in all,  dalam setiap poligami/selingkuh/hubungan segitiga apapun,  akan ada duka dan pilu di dalam hati wanita-wanita yang terlibat.  Apakah yang seperti Sarah,  seperti Hagar,  or anything in between.  Belum lagi derita anak-anak dari wanita-wanita ini,  yang belum mengerti kenapa kasih sayang pun harus diperebutkan (sebenarnya dalam saudara kandung pun akan selalu ada perebutan kasih sayang internal yang mungkin banyak orang menolak untuk mengungkapkan secara terbuka,  tapi lebih berupa bisik-bisik).

Lepas dari siapa yang lebih berhak,  lebih penting,  lebih terpilih Tuhan, yang jelas pendukung Ishak dan Ismail sekarang selalu dalam keadaan memposisikan diri untuk berseberangan.  Kita vs.  Mereka.  Apapun kasus yang mungkin melibatkan pemeluk kedua agama ini,  walaupun kasusnya bukan kasus agama, akan dihubung-hubungkan dengan agama.

And we will keep fighting.  Walaupun Ishak dan Ismail sama-sama gak ada yang beragama sama dengan apa yg sekarang kita yakini. 

By the way,  ada pertanyaan tak terjawab kenapa keduanya mempercayai nabi-nabi yang ada di Taurat/Torah walaupun semua nabi tersebut adalah keturunan Ishak.  Bahkan seakan ada loncatan sejarah dan silsilah dari Ismail ke Muhammad. 

Moral of the story: jangan poligami /selingkuh.

Tidak ada komentar: