Senin, 26 September 2011

Pelayan Tuhan vs. Pejabat Negara

Beberapa hari yang lalu ada pemilihan Ketua Lingkungan (bagian struktural terkecil dari Gereja Katolik) dan Ketua Wilayah di Lingkungan kami.  Kebetulan bertepatan dengan pesta pelindung lingkungan kami, yakni Padre Pio. Jadi selain ada Misa Kudus, makan-makan, potong kue, pembagian bingkisan kepada anak-anak yang baru Komuni Pertama, sekaligus pemilihan Ketua Lingkungan dan Ketua Wilayah baru.

Yang menarik, sebagai Pejabat Gereja (begitu kasarnya saya bilang karena nama kita akan ada di struktur Gereja dan peresmiannya pun melalui pelantikan), rasanya sulit sekali menemukan orang yang MAU dan MAMPU.  Biasanya yang MAU belum tentu MAMPU, sedangkan yang MAMPU biasanya nggak MAU. Yang sering terjadi adalah saling tunjuk dan saling lempar tugas ke orang lain. Kehebohan menolak untuk menjadi pejabat gereja, bahkan pada waktu pemilihan telah final.

Betapa bertolak belakang dengan menjadi Pejabat Negara / Pemerintahan. Orang berlomba-lomba, menarik hati pemilihnya supaya mau memilih dia. Bahkan dengan mengeluarkan uang yang tidak sedikit, baik untuk membuat spanduk, beriklan di koran / TV, sampai membagi 'amplop' untuk pemilihnya agar dapat jaminan perolehan suara. Tak lupa setoran untuk atasan di partai tertentu.

Memang jadi Pejabat Gereja tuh gak ada sexy-sexy-nya... Gak ada gaji / tunjangan, gak ada dana bantuan operasional, gak ada dana aspirasi masyarakat, gak ada fasilitas khusus. Sedangkan tuntutannya paling tidak waktu (untuk setiap kegiatan Gereja / Lingkungan), dan kadang harus tekor untuk konsumsi / kegiatan umat.

Bandingkan dengan Pejabat Negara yang terima gaji + tunjangan + dana aspirasi + dana operasional + fasilitas-fasilitas khusus. Jauhhhh seperti langit dan neraka (kalo langit dan bumi masih ketemu di cakrawala).

Salah satu warga yang akhirnya bersedia menjadi bendahara lingkungan menggantikan saya yang akan pindah rumah ke lingkungan lain, sempat bertanya, apa saja yang dibutuhkan untuk menjadi bendahara. Saya bilang: cuma kemauan Melayani Tuhan dengan cara melayani sesama, yaitu warga lingkungan.  Dan janji itu bukan hanya diucapkan di depan Ketua Lingkungan, tetapi melalui proses pelantikan di Gereja... berarti janji pada Tuhan.

Apakah ada suka dukanya jadi pengurus lingkungan? Saat waktu istirahat atau waktu untuk keluarga, kadang kita harus datang ke rapat di Gereja. Saat waktu jalan-jalan, harus keliling menagih uang kas lingkungan, uang sumbangan Paskah / Natal. Di saat pekerjaan menumpuk, harus menyelesaikan laporan keuangan. Tapi apabila kita melakukannya dengan senang hati, dan dengan pikiran bahwa kita melakukannya demi Tuhan, insyaYesus kita bisa mengerjakan tugas-tugas kita dengan baik.

Pada akhirnya kembali ke Surat Paulus kepada Jemaat di Roma 14 : 8
"Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik Tuhan"

Thank you Cokro udah ngirimin renungan pagi setiap hari...

Tidak ada komentar: