*semua foto adalah hak milik dari Taiyo Japonica Rice dari Company Profile.
Thoughts and rants from an amateur dreamer, Epiphany of demi god semi devil, Horror from your old fat mama, Tyrant in disguise, Oracle of postmonition.
Minggu, 13 Desember 2015
Swasembada Beras
*semua foto adalah hak milik dari Taiyo Japonica Rice dari Company Profile.
Sabtu, 12 Desember 2015
Online Shop
Rabu, 25 November 2015
Blaming the Victim: Sexual Harrasment
Posting ini dari status Facebook gue yang menshare tulisan Arman Dhani yang lebih komprehensive, dan juga menyambung artikel di Facebook BBC Indonesia tebtang seorang survivor kekerasan seksual yang justru dihujat orang.
Marilah berbagi kisah...
Gue ketika itu kelas 6 SD dan sedang main di game arcade dengan Lyna Agustine dan cousinnya, sambil menunggu mama Lyna menjaga butik di gedung yang sama.
Saat seru melihat ke layar game, gue merasa ada seorang yang memperhatikan. Otomatis ekor mata gue mengikuti feeling gue, mencari wajah yang memperhatikan.
Dan berdiri tidak sampai 30cm dari tempat gue berdiri, di tengah kerumunan orang banyak, gue melihat wajah laki-laki itu. Usia awal 20an. Kemudian pandangannya jatuh ke bawah. Otomatis gue mengikuti arah pandangannya.
Disanalah gue tersadar, pria tersebut sudah mengeluarkan alat kelaminnya, dan "memamerkan"nya.
Iya. Aku yg masih kelas 6SD, dengan pakaian celana panjang baggy. Kebetulan saja gue bongsor. Tapi jauh dari kata-kata sexy. Kasarnya tete aja baru numbuh.
Hati berdebar kencang, antara malu, marah, dan takut. Tapi dengan ketenangan level dewa yang entah gue dapatkan dari mana, gue memalingkan wajah kembali ke layar game, sambil tetap bertahan untuk tidak bergeming dari tempat aku menginjak lantai.
Dan entah berapa menit yang terasa seperti selamanya, kita berdua bertahan berdiri di situ. Sampai melalui ekor mata, aku lihat, bayangan tubuhnya menghilang dari kerumunan manusia.
Belakangan baru tahu tentang kelainan sex yang namanya voyeurisme, bahwa aku baru mengalami pelecehan seksual.
Dan aku gak pernah cerita sama siapa-siapa, kecuali kepada sahabat pria, sekitar setahun setelah kejadian yang membuat trauma itu. Aku tidak pernah menginjakkan kaki lagi ke bangunan tersebut. Tidak pula saat semua teman heboh bermain roller blade di gedung ini. Hingga detik ini. (Bangunan ini sudah desserted sekarang)
Saat hal ini terjadi, menangis pun aku gak sanggup. Bersyukur sahabat saya mendukung saya, dan berkata: "Seharusnya bukan kamu yg malu. Kan kamu gak menunjukkan kemaluan elu. Harusnya dia yg malu karena menunjukkan kemaluannya." ...and after that, I feel much better.
Gue gak kebayang kalo gue ketemu sama sahabat abal-abal yang menyalahkan kenapa saya ada di sana, berpakaian seksi, dan berbadan bongsor, mungkin gue menjadi pribadi yang bertolak belakang dan penuh kepahitan.
If you don't know their story, don't judge!
Senin, 23 November 2015
Filosofi Kopi: Keajaiban di Banceuy
Lalu beliau menceritakan sepintas lalu mengenai bisnis kopi modern yang memotong kompas fase penyimpanan yang makan waktu (dan menyusutkan kadar air dari biji kopi), sehingga biji kopi yang masih hijau diroasting selama 15 menit dalam suhu tinggi".
Kisah hidup yang bukan hanya sekadar untuk diri sendiri, tetapi menjaga integritas sambil bermanfaat bagi orang lain. Kisah hidup luar biasa dari orang-orang biasa.
Bahwa kopi bagi mereka lebih dari sekedar mata pencaharian maupun gaya hidup, tetapi laku jiwa untuk bersyukur pada 'sangkan paraning dumadi'
Kunjungan ke Paberik Kofie Aroma, Bandung
18 November 2015
Kamis, 22 Oktober 2015
Yang Tersisih dan Kalah
Kemudian datanglah buldozer. Mesin-mesin raksasa ini melumat tanah disekitarnya supaya rata. Dimatangkan. Untuk siap dibangun. Lembah dan alur kecil diuruk dengan bekas bongkaran dari lokasi lain. Beberapa rumah digusur dengan uang ganti rugi secukupnya. Bukan hanya orang hidup yang terusir. Pun orang mati. Kuburan pun digali dan dipindah. Beberapa penduduk sekitar dibayar mahal mengais belulang tetangganya yang sudah disembahyangi dukun bayaran.
Tak lama, berdirilah pagar slab beton abu-abu, membatasi antara yang baru dengan yang lama, yang maju dengan yang terbelakang, yang bodoh dengan yang pintar.
Yang K A Y A dengan yang M I S K I N .
Yang berada di dalam pagar beton pun tidak bisa terpisahkan dari yang ada di luar pagar beton. Mereka membutuhkan pengurus rumah, tukang bangunan, sopir, pengasuh anak, agar hidup mereka nyaman dan ringan. Yang berada di luar pagar beton, yang awalnya bercocok tanam, menjadi tergantung kepada yang ada di dalam pagar beton, karena sawah mereka menjadi rumah-rumah.
Tanah-tanah tempat anak-anak mereka bermain, sekarang tidak lagi dapat diakses oleh mereka. Karena yang di dalam pagar membutuhkan perlindungan, keamanan. sehingga dibuat lebih banyak lagi pagar. Pagar di dalam pagar. Perumahan di dalam perumahan. Cluster di dalam cluster. Yang ada di luar pagar pun dianggap menjadi ancaman dan sumber ketidaknyamanan dari lingkungan yang seharusnya bersih dan asri.
Sebenarnya siapakah yang dikurung? Yang tinggal di dalam pagar, apakah di luar pagar? Karena toh semuanya serba relatif? Siapakah yang seharusnya terganggu oleh siapa? Siapakah yang manusia bebas siapa yang terkukung?
Dan hari demi hari, manusia-manusia di luar pagar beton, berjalan kaki dari rumah-rumah kecil mereka, berangkat kerja bagai semut-semut merayap di atas tanah-tanah kosong. menuju ke rumah-rumah mewah di dalam pagar beton. Entah karena setia ataupun terpaksa. Mereka yang tidak berjalan mengikuti setapak yang ada, kaum perintis, yang berjuang mempertahankan nasib di tengah gerusan pembangunan. Sampai tuntas kita curi matahari senja mereka yang terakhir.
Yang T E R S I S I H dan K A L A H atas nama pembangunan dan modernitas.
Cibubur,
23 Oktober 2015
Life @Gym
Pernah denger gak bahwa orang-orang yang spending waktu di gym itu adalah orang-orang yang kompetitif? Gue adalah saksi hidup dari kekompetitifan mereka.
1. Berebut alat
Baik itu alat treadmill, maupun alat beban, jumlahnya terbatas. Biasanya ibu-ibu menguasai treadmill dan bapak-bapak menguasai alat. Mereka datang lebih pagi, dan kadang meletakkan handuk dan minum di alat tersebut, kemudian pergi melakukan sesuatu yang lain (pemanasan, ngobrol dengan personal trainer/teman), tanpa memikirkan perasaan orang lain yang sudah siap untuk memakai alat.
Yang parah, di alat-alat yang memungkinkan kita duduk sambil ngecheck gadget, orang-orang ini dengan santainya duduk / berbaring padahal gak latihan blas. Sedangkan orang lain cuma bisa bolak-balik dengan resah menunggu alatnya.
2. Berebut kelas
Di kelas-kelas khusus, seperti yoga, kita berebut matrass. Di kelas RPM, kita harus berebut sepeda stasioner. Worse, di kelas zumba, kita berebut lokasi berdiri, saking banyaknya peminat, padahal tempatnya terbatas.
Selain itu, ada aja ibu-ibu yang percaya diri bahwa gerakannya sudah selevel dengan instructor. Ibu ini selalu datang terlambat ke kelas yoga, menenteng matrass dari belakang, dan meletakkannya di sebelah instructor. Atau ibu-ibu di kelas belly dance yang lebih heboh dari instructornya. Uber-annoying.
3. Berebut instructor
Selalu akan ada instructor idola dan instructor yang dianggap kelas dua di gym. Perah sekali, di kelas belly dance, ada 2 kubu: kubu ibu-ibu muda yang ingin pelatih yang lebih energetic yang mengajarnya lebih ke belly-robic, dan kubu ibu-ibu tua yang ingin pelatih bellydance yang menitik beratkan pada teknik.
Berhubung ibu-ibu muda ini kompak dan jumlahnya banyak, maka saat pelatih yang memakai teknik ini datang, mereka sengaja memboikot tidak masuk kelas, sehingga akhirnya instructornya diganti oleh yang mereka mau. Ternyata belakangan baru tau, salah satu dari ibu muda ini ternyata teman satu sanggarnya pelatih belly-robic. Padahal setelah diganti, dia juga jarang muncul.
4. Berebut air minum
Di tiap ruangan ada 1 dispenser galon untuk orang-orang yang berlatih di gym. Di tengah kelas dan di akhir kelas, selalu terjadi penumpukan peminat di depan dispenser galon. Dalam rombongan besar, ibu-ibu ini tidak sungkan-sungkan merangsek ke depan dispenser, walaupun antrian masih panjang. Mungkin takut kehilangan moment di kelas lanjutannya. Entah
5. Berebut remote TV dan TV channel
Di gym ada TV dengan hampir seluruh premium channel TV berbayar. You name it: HBO, FOX Premium, KBS, dst. Mungkin atas nama pengiritan, banyak orang yang mengejar tontonan di gym, karena di rumahnya gak berlangganan premium (misalnya gue). Pernah sekali, lagu seru-serunya nonton, ada yang mengubah channel. Karena TV remote nya kadang terlalu peka, aku pikir ini kejadian gak sengaja. Jadi aku ubah balik karena lagi seru-serunya. Eh, gak berapa lama, channel TV berubah lagi. Dan aku ubah kembali ke channel yang aku tonton. Dan gak lama berubah lagi.
Karena annoyed dan kehilangan klimaks tontonan, aku memekik: "Siapa sih, yang ganti-ganti channel? Jadi gak ngerti ceritanya". ... Barulah seorang ibu yang berada di atas stairmaster 3 alat dari gue minta maaf, karena dia sedang mengejar SERIAL DRAMA KOREA!! Jadi dia gak perduli dan gereget juga mau liat serial drama korea tersebut.... Padahal di depan dia juga ada TV nganggur... #yaolohhhh...
Belakangan gue juga sering liat dia di sekolahan anak-anak, parkir paralel di baris ke 3, berhenti, turun, menurunkan anak dengan tas gembolannya, lalu menyeberangkan anaknya, tanpa memperdulikan barisan mobil yang antre di belakangnya... Woalah, Buuuu.... wong kok karep-karepe dhewe.
Rabu, 07 Oktober 2015
Life is Sweet
Sore ini gue anter Adeline ke RS setelah sekian hari berturut-turut periksa darah, karena anak gadis divonis Demam Berdarah. Akhirnya setelah bertahan 4 hari di rumah, trombosit pun jatuh di bawah level dimana rawat jalan masih diperbolehkan.
Sementara administrasi dan kamar sedang dipersiapkan, kita menanti di salah satu tempat tidur di Instalasi Gawat Darurat.
Saat selesai mengurus proses administrasi di depan IGD, ada ambulans dari RS lain yang sedang berhenti di depan pintu IGD. Dan ada seorang ibu menggendong bayi dalam selimut yang masih sangat kecil. Perkiraan gue, usia bayi tak lebih dari 3 bulan.
Dan yang membuat hati gue jadi berdebar-debar, di belakangnya, ada wanita berjilbab berseragam safari khas rumah sakit yang membawa tabung oksigen yang menyambung ke bayi ini.
Sementara sama-sama menunggu, saya melihat bayi kecil ini dimasukkan ke ruang isolasi, dan mendapat perlakuan khusus. Dan seorang bapak mengikuti kedua wanita ini, membawa tas yang terselempang di badannya, sambil memandang haru bayi kecil ini, dari luar pintu isolasi.
Walau tanpa bersuara, suasana menjadi begitu mencekam, sampai Adeline menyadarkan dengan bilang: "Mommy, boleh gak gordennya ditutup?"
Gue sempat terhentak dan berbalik menanyakan: "Memangnya kenapa, Cie?"
"Aku gak tega melihat bapaknya."
Pada saat itulah, wanita yang terlihat menggendong bayi keluar dari ruangan dan menunggu tepat di depan lokasi gue berdiri. Dan gue memberanikan diri bertanya:
"Bayinya kenapa, Bu?"
"Sesak napas. Bukan bayi saya. Tapi bayi bapak ini (sambil menunjuk ke Bapak tadi). Saya dokter yang mengantar dari RS untuk dirujuk ke sini, karena rumah sakit kami tidak mempunyai fasilitas NICU."
"Usia berapa bayinya?"
"Berapa, Pak?" Tanyanya ke arah Bapak si bayi yang masih berusaha mencerna pertanyaan yang dilemparkan mendadak ke dirinya. Kemudian setelah hening, dokter tadi menanyakan sekali lagi usia sang bayi.
Bapak tadi menjawab dengan lirih: "Dua hari".
Saya udh mau nangis. Dalam hati saya seperti diaduk-aduk. Ya Tuhan.
Masih begitu kecil, Tuhan...
Akhirnya berujarlah si Bapak. Sang bayi adalah anak ke 4. Lahir dengan sesak napas. Makanya dirujuk ke RS dimana kami periksa. Istrinya masih di RS asal, karena habis bersalin.
Beberapa tahun lalu, anak ke 2 nya menunjukkan gejala yang sama, sesak napas, pada usia 4 bulan, dan tidak tertolong.
Sang istri mempunyai warung, jadi sehari-hari sibuk. Anak pertama dan ketiga normal.
Pembicaraan gue tutup dengan: "Semoga cepat pulih, ya , Pak. Allah berikan yang terbaik buat bayi Bapak."
Saat itu, gue merasa... sungguh, Tuhan masih sayang sama gue, walaupun Adeline juga pernah sesak napas di usia 4 bulan, tapi Tuhan masih memberi ijin untuk membesarkan dan menyayangi dia, walaupun kadang-kadang bikin geregetan dengan sikap cuek dan judesnya.
Pun hari ini, dalam sakit demam berdarahnya, Tuhan masih mempercayakan aku, mama yang kadang cuek dan kurang keibuan, untuk memandikan, menyuapi, mengeringkan rambut putri sulung tersayang.
Kembali aku ke ranjang tempat anak gadisku berbaring meringkuk, aku peluk dia sambil melepas jaketku untuk menutupi kakinya , diiringi kata-kata anak gadis yg ditujukan mengejek aku: "Oh, so sweet". ... Life is indeed sweet, my dear... it surely is.
RS Mitra Keluarga Cibubur,
7 Oktober 2015
Minggu, 04 Oktober 2015
Traveling
Selasa, 22 September 2015
Monolog Sunyi (2)
Selamat pagi, Tuhan. Maafkan aku, kalau pagi ini aku menyapaMu tergesa. Aku mau sepedaan, Tuhan. Aku rindu gowes.
Satu hal, Tuhan, kemarin mertua sopir meninggal. Hari ini dia datang untuk pinjam uang, Tuhan. Jumlahnya 2 bulan gaji UMR. Katanya untuk tahlilan 7 hari.
Benarkah Tuhan, untuk memujiMu tidak cukup hanya dari apa yang kami punya? Harus dari apa yang kami tidak punyai, pun kami persembahkan untukMu? Betapa menuntutnya Engkau, Tuhan??!!
Pendoa-pendoa akan datang. Dan mereka akan berdoa seharian, dan semalaman, katanya. Dan setelah itu mereka harus dibayar untuk jerih payah mereka mendoakan arwah yang berpulang. Aku ingat waktu SD, berdoa = bercakap-cakap dengan Tuhan. Sampaikan untuk bercakap-cakap denganMu saja harus melalui pihak ketiga, dan harus bayar, Tuhan? Betapa komersialnya diriMu yang Maka Kuasa, betapa mahalnya dirimu Maha Murah.
Bapa, apakah mendoakan yang mati, yang katanya sudah berpulang pada Dikau, sampai lebih penting dan lebih utama daripada menjamin yang hidup bisa hidup layak?
Benarkah kita ingin memuliakan Allah? Atau jangan-jangan semua itu hanya kedok untuk memuliakan diri sendiri?
Ya sudah, Tuhan. Sepedaku sudah menanti. Besok atau lusa atau entah kapan, aku pasti akan menghadap dan curhat lagi.
Cibubur, 23 September 2015
Sabtu, 19 September 2015
Monolog Sunyi
Selamat pagi, Tuhan, apa kabarmu hari ini? Hari masih kelam, bukan hitam, seperti yang dibilang orang-orang, Tuhan. Langit ungu, seperti warna liturgi saat-saat sedihMu. Kenapa, Tuhan? Adakah setiap hari adalah penderitaan? Karena setiap hari ada kekecewaan?
Kulihat umatMu menghadap Engkau. Mengendap-ngendap dalam keheningan. Apakah yang mereka cari. Ngalap berkah kah? Atau sekedar gugur kewajiban? Benarkah mereka sungguh rindu Dikau seperti Engkau rindukan kami, rindu kami untuk bertobat kembali ke hatiMu?
Pagi ini, Tuhan, beberapa anak terkantuk di bangku Gereja. Mungkin mereka lelah. Atau juga bosan. Beberapa umatMu datang terlambat. Mungkin mereka sibuk bersiap-siap, untuk pergi ke lain tempat hari ini. Karena Misa adalah Prelude dan Foreplay dalam keriangan akhir pekan?
Saat mereka memasukkan tangan ke kantong kolekte.. Apakah yang ada di benak mereka, Bapa? Adakah jiwa seperti kaum farisi, ataukah janda miskin? Kutahu beberapa meremas-remas persembahan mereka sampai lumat. Karena mereka malu dengan nilai yang hanya 3 digit angka nol.
Yakin, Engkau sayang kami semua dengan sama, Tuhan? Tanpa melihat jumlah yang kita persembahkan? Bisakah kami persembahkan kekecewaan-kekecewaan kami? Ketakutan-ketakutan kami? Dosa-dosa kami?
Tuhan, pagi ini aku berlutut dengan hati yang menderu. Kekecewaan yang kutahan, untuk hal-hal yang mungkin kecil dan sederhana. Yang jelas tidak sebesar pengorbananMu yang kadang kelihatan sia-sia.
Betapa sulit untuk beroleh "damai" dan "sejahtera" saat hidup masih dipenuhi ekspektasi. Tetapi bukanlah manusia hidup dari harapan, Tuhan? Bahkan Santo Paulus menulis pada umat di Korintus, 3 yang terbesar adalah Iman, Pengharapan, dan Kasih?
Ya sudah, Tuhan. Biarlah misteriMu menjadi misteri kekal yang abadi. Sebagaimana perang terdahsyat yang tak berkesudahan yang sering hadir dalam gelapnya bathin kami? Peperangan yang tiada seorang pun tahu? Saat kita masih bisa menyungging senyum di wajah.
Cibubur, 20 September 2015
Jumat, 11 September 2015
Ngebut !!!
Jumat, 21 Agustus 2015
Supermom
- Being labeled Supermom means someone is superior compare to other moms, and some are inferior. That there has been competition between moms. Stop that!! Being a mom is NOT a competition. It's never meant to be.
- No mom is super. No school is the best. We just need to be the most suitable mom to our kids need.
- Being super, means there are targets that you need to hold on to. That will turn us to be a vicious perfectionist mom that your kids will surely hate.
- Your kids are not/may not want to be Superkids. If your kids perform less that expected, or less than other kids, or less than his/her own cousins, or even less that his/her own siblings, it's okay too. It's NOT an indication of your performance. Stop being too baper about that (baper = bawa perasaan).
- Even the best mom sometimes fail. We just don't fret about it. Suck it up and walk on. (okay, I admit I still fret about it on my other blog, I just keep everything as draft. May be until someone wants to publish my writings and then I got a lot of money from writing. #wishfulthinking)
- If your kids can do things on their own without you, you have succeeded.
- It's okay NOT to be a mom. It's okay if you decided not to have kids. It's okay if you cannot have kids. It's not a failure. And don't judge. You don't know how much pain and humiliation that they already received.
Jumat, 07 Agustus 2015
Visa Taiwan
Sekarang... belum juga pantat nempel kasur seminggu, udah dikejar-kejar bos romusha untuk memikirkan bisnis trip berikutnya, ke Taiwan.
Masalah booking tiket sih gampang, tinggal traveloka atau nusatrip , asal ada kartu kredit, bisa beres. Tapi yang menyebalkan jadi orang Indonesia adalah kemana-mana kudu apply Visa. Apply Visa sendiri ini riweuhnya setara dengan traveling seminggu. Pertama kita harus membaca website mengenai syarat-syarat dan cara-cara. Kalau ada foto ukuran tertentu, dengan latar belakang tertentu, bahkan expresi wajah tertentu (sumpah, di aplikasi visa ke Amerika, foto gak boleh senyum. Ekspresi netral. Kebayang gak gue berusaha poker face? Adanya malah boker face!). Belum lagi mengisi segala macam form yang pertanyaannya yang gitu deh (apakah pernah melanggar hukum, apakah pernah overstayed, apakah pernah memakai narkoba -- kalo di Kanada apakah dalam waktu 6 bulan ke Afrika Barat).
Anyway, hari ini gue melihat syarat-syarat Visa Taiwan. FYI, Taiwan tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Indonesia sejak Indonesia mengakui RRC sebagai Cina (1 China Policy), jadi kita harus ke Kadin nya mereka, istilah kerennya Taipei Economic and Trade Office, di Gedung ArthaGraha SCBD.
Setelah ngisi-ngisi form mereka, ternyata di website Travelawan ada info lengkapnya... Bahkannnn... kalau kita punya Visa yang masih laku dari negara-negara Amerika, Kanada, Inggris, Schengen/Eropa, Australia, New Zealand, Jepang, kita bisa dapat instant approval. Serius. Mungkin dianggapnya negara-negara maju ini lebih rigorous memfilter dan menscreening orang-orang yang akan masuk ke negara mereka, sehingga pemerintah Taiwan tidak perlu menscreening ulang (reinventing the wheel -- kalo istilah Steven Covey).. Dan semuanya bisa dilakukan online di sini.
Lebih dahsyatnya lagi, ini hanya berlaku untuk beberapa warganegara: India, Thailand, Vietnam, Filipin, dan .. INDONESIAAAA.... Gue kebayangnya, mungkin kita ini dianggap sebagai transisi antara negara yang "nggak banget" ke negara yang "oke punya". Jadi seakan-akan I'm not a Girl not yet a Woman gitu deh... *elu pikir elu Britney Spears??*
Dan... hasilnya adalah...
dan... expirednya dalam waktu 30 hari.. which is sebelum gue berangkat... TOBATTTTT !!!...
Jadi gitu deh, next week gue kudu bikin lagi sekali lagi... Dan dokumen ini gak usah lagi ke kantor Taipei Trade Office. Cukup nanti ditunjukin ke imigrasi di sono. Dan ini... GRATISSSSS... (seneng kan kalo denger gratisan?? Itu bukti bahwa kita Truly Indonesian.
Ya deh... semoga bermanfaat.
Gimana kalo ternyata gak punya visa dari negara-negara itu? Ya kudu apply seperti biasa sih. Isi formnya online, tapi di print dibawa ke Gedung ArthaGraha, dan kudu bayar. Link formulirnya di sini. Good luck!!
Kamis, 06 Agustus 2015
Driving on the Right Lane
interior Ford Expedition Max -- setir kiri |
Hal yang bertolak belakang ini membuat nyetir di Canada menjadi ngeri-ngeri sedap. Masalahnya, terakhir kali gue nyetir di lajur kanan ini adalah ... yah... 2 dasawarsa alias 20 tahun lalu... alias nyaris separo umur gue... (iyeeee... gue tuaaa).... Sedangkan my 2nd driver, yaitu suami tercinta... TIDAK PERNAH nyetir di lajur kanan.
Satu hal yang menarik adalah SIM lokal Indonesia sudah cukup untuk menjadi SIM selama di Canada, termasuk untuk rental mobil. Tidak perlu bayar tambahan untuk membuat SIM Internasional. Yang penting, tertulis dalam huruf Latin. Jadi warga India, Thailand, China, Rusia dll yang tidak menulis dalam huruf Latin, yes, you need to apply for International Driver Licence.
Adapun di Indonesia, walaupun semuanya tertulis dengan bahasa Indonesia, di bagian atas tertulis DRIVING LICENSE. And that's enough. Bahkan mereka juga kaga akan ngerti apa itu A dan C. Tapi jangan coba-coba nyetir mobil kalo cuma punya SIM C ya... bener loh!!
contoh SIM Indonesia dari www.rachmatalamsyah.com |
Nah... karena kemarin itu kita perginya rame-rame ber 16, maka mobil yang ditawarkan adalah Ford Expedition Max yang terdiri dari 3 baris + bagasi yang roomy. Muantap memang. Apalagi buat orang Indonesia yang kopernya aja seperti pengungsi. (Padahal pengungsi mah gak mungkin bawa koper logikanya... ya kan?). Tapi.... Efek sampingnya.... ya... mobil ini ukurannya gedhe... segedhe gabon....
Bandingannya begini,
Toyota Alphard Lebar: 1830mm Panjang: 4850mm
Ford Expedition Max Lebar: 2332mm Panjang: 5608mm
Krasa banget kan gedhenya... padahal Alphard aja gue gak pernah nyetir (iyee... karena gak punya)...
Jadilah sepanjang perjalanan itu isinya adalah kehebohan antara gue dan suami gue. Saat gue nyetir, suami gue yang heboh memberi petunjuk seperti Binagraha. Saat suami nyetir, dia heboh menanyakan apakah dia nyetirnya udah benar atau belom. Contoh percakapan selama nyetir adalah sbb.:
"Sien, gue nyetirnya terlalu kanan gak?"
"Sien, elu terlalu kanan nyetirnya"
"Sien, jangan kenceng-kenceng nyetirnya, tenang aja"
"Sien, jangan deket-deket sama mobil depan!!"
"Sien, ini kalo belok kanan boleh langsung atau nunggu lampu merah?"
"Sien, kalo lampu ijonya kedip-kedip, gue harus berhenti gak ya?"
"Mama, Sienny jangan diajak ngobrol dulu"
"Anak-anak jangan ribut di belakang, Mommy gak bisa konsentrasi"
"Heh! Anak-anak suaranya bisa kecilan gak?"
"Sienny gak boleh ikut liat kiri kanan"
.....#lah... jadi curcol....
Anyway... setelah semua kehebohan itu, kita toh sukses menaklukkan tantangan baru, nyetir di negara orang yang berlawanan arah dengan kita sejauh 354km+48 nautical mile, dengan selamat (walaupun penuh ketegangan seperti nonton film The Raid--tanpa MadDog tentunya). Dan kita menjadi stronger team (or at least I hope so).
Yang paling apes adalah, karena ketidaktahuan gue (alias ketololan gue), gue hooh-hooh aja saat kendaraannya diupgrade, ternyata dikenain tambahan biaya upgradenya yang nilainya 2x lipat dari harga awal. Jadilah kita melongo saat membayar karena semua paperworks gue yang tanda tangan (akibat adik gue flightnya terhambat Gunung Raung meletus).
Tapi saat itulah adik gue bilang: "Saat kita traveling, kita selalu memulai hari dengan berdoa -- Tuhan berkatilah kota ini -- .... Gue yakin, saat kita merasa ditipu/dimahalin, ini cara Tuhan memberikan berkat kepada kota ini, melalui kita"... Amen, brother... Amen... You're amazing...
Kenangan unik - Vancouver Trip
18-20 & 27-29 July 2015
Minggu, 02 Agustus 2015
Diaspora Indonesia
Jumat, 10 Juli 2015
Oleh-oleh dari Lombok: Asal-usul Suku Sasak
Sekali lagi, cerita ini dituturkan oleh Pak Andi, driver kami selama di Lombok. Mengenai kebenaran dan nilai historisnya walahualam.
Suku Sasak aslinya adalah orang-orang Jawa yang menghindari kerja membangun Borobudur (berarti saat wangsa Syailendra di abad ke 8-9), saat agama Buddha berkembang pesat. Mereka pergi dari selatan pulau Jawa berjalan lurus ke depan... (ke arah Timur).... berjalan lurus, dalam dialek Suku Sasak, disebut Lombok (dibaca sebagai Loumboug, bukan Lombok seperti cabe dalam bahasa Jawa).... Saat mereka bertemu Pulau Bali, ternyata Bali pun sudah berpenghuni, mereka berjalan lagi, Lombok (lurus) ke arah Timur lagi, sampai bertemu dengan pulau Lombok yang relatif masih belum berpenghuni. Mendaratlah mereka di sini dan beranak pinak.
Adapun nama Sasak sendiri, berasal dari perahu bercadik 2 yang membawa mereka ke tanah baru. Perahu bercadik ini dalam bahasa setempat disebut Sak-sak. Akhirnya dipermudah menjadi Sasak.
Adapun berapa pertanyaan di benak gue (yang gak berani gue tanyakan ke Pak Andi, karena takut ntar gue diturunin di tengah jalan) adalah.. kenapa suku Sasak mayoritas Muslim? Logikanya kalau orang Bali adalah keturunan Raden Wijaya yang belakangan terdesak sejak Gajah Mada moksa setelah Perang Bubat dengan kerajaan Sunda, sehingga orang Bali mayoritas Hindu (match dengan agama mayoritas kerajaan Majapahit saat itu. Bahkan dari segi arsitekturnya, apabila kita melihat gapura Bali, kita melihat ada kesinambungan design arsitektur, antara lain, penggunaan bata merah (seperti yang juga ada di peninggalan Kerajaan Majapahit di Trowulan, Mojokerto -- Misalnya Candi Tikus).
Beberapa kemungkinan yang ada di kepala gue mengenai agama ini adalah, orang-orang Sasak berlayar saat kerajaan Mataram (entah karena sebab apa) karena Mataram Islam ada setelah Mataram Hindu. Berarti bukan di abad 8-9 exodusnya, melainkan di abad 12-13, setelah Laksamana Cheng Ho datang dan dengan 7 Sunan mengislamisasi Jawa dengan inkulturasi budaya.
Atau, kemungkinan lain adalah... orang-orang Sasak ini awalnya adalah penganut animisme dinamisme (agama asli nenek moyang Indonesia) yang terdesak dengan berkembangnya agama Buddha di abad 8-9 -- yang berarti time frame nya matching dengan cerita Pak Andi, driver kita. Lalu Islamnya dari mana? Islamisasi nya baru datang belakangan, entah karena keharusan dari Orde Baru untuk mencantumkan 1 dari 5 agama, sebagaimana hilangnya kepercayaan Kejawen, Sunda Wiwitan, dsb.
Apabila kemungkinan kedua yang benar, berarti nyata bahkan di pulau-pulau terpencil begini, kita tidak bisa lepas dari birokrasi yang mencengkeram semua sendi-sendi kehidupan masyarakat.
The truth is out there -- X Files .....
Kamis, 02 Juli 2015
Oleh-oleh dari Lombok: Legenda Putri Mandalika
Jumat, 26 Juni 2015
Lombok Trips: the Hotels: Novotel Mandalika Beach Resort
Kamis, 25 Juni 2015
Trip Planning: Lombok
Due to so many requests and questions on Lombok Trip Planning, gue bikin tulisan ini... Intinya bukan gue kemana nya, tapi option apa yg available di sana dan how to arrange it.
Jadi gini, kemarin itu awalnya Julian yg browsing tiket dan hotel. Utk hotel, Julian exclude Gili Trawangan, karena for some strange reason, dia merasa Gili Trawangan isinya cuma bule2 dugem kyk PhiPhi Island, Thailand. Dan kita bawa anak2 dan mama, takut gak suitable.
Jadi Julian booking flight CGK-Lombok via traveloka (recommended!!) dan cuma ada 2 flight yg direct, yaitu Garuda dan LionAir (you know lah kita pilih yg mana... Kan kita cheapo). Hehehhe... Yg banyak itu stop over either di Sby atau Denpasar. Tp you waste few hours of our precious leave. Ya gak?
Akhirnya Julian decided booking 2 nights in Kuta (Novotel is the only hotel berbintang di area ini) dan 2 malam di LivingAsia (north of Senggigi). Both hotel have private beach. Novotel isinya lbh banyak bule. Kalo LivingAsia lbh banyak org Asia (the name is sort of like oracles for the resort).
Hotel mah disana banyak. Tapi di Novotel itu ada kamar yg 1 pintu masuk (connecting di dalam), which we like, tp di main building lt 3. Kayaknya the best room itu yg cottage2 di bawah dekat pantai (walaupun ada hearsay2 kalo rada2 gimana gitu).
Kalo di LivingAsia kita dapat kamar yg 1 building atas bawah (sayangnya stairsnya di luar kamar) lengkap dg balcony dan milih ocean view (lbh mahal). Tp Julian milih begitu (gue juga br tau belakangan) hehehe.. Masalahnya, he's busy planning for Lombok holiday, when I'm busy applying visa for US and Canada. Gitu deh.
Service bagusan di LivingAsia. Kalo Novotel kyknya mereka lbh serve bule. Mungkin itu perasaan gue doang.
Nah, setelah itu, Julian suruh gue bikin Itinerary utk di sana termasuk rental car. Tapi krn gue gak terlalu familiar (dan lebih cocoknya gak punya waktu utk browsing & study sih), jadi gue came across Lombok Friendly Tour and Travel. Karena di Trip Advisor bagus, nggeus wae gue email dia. Btw gue terakhir ke Lombok itu 1996 amd many things have changed since then.
Contact Lombok Friendly Tour : Aziz +6281805245246 (owner), dan Andy 08175767708 (driver)
Nah, gue explain, gue ama siapa aja, usia berapa, ber berapa, kapan sampe kapan, flight jam berapa dll. Dan gue specify, gue gak mau monkey forest, gak mau Sasak Tour, gak mau peternakan mutiara, penentuan, dll. Gue mau alam, pulau, hiking.
Jadilah dia nongol dg Itinerary sbb (lihat foto) . Dan utk last day gue pilih Rinjani waterfalls as supposed to Gili Trawangan.
Menurut gue pake lokal tour operator save so many hassle misalnya nego ama tukang kapal, (temenku baru kena tipu, 1.5jt large boat for 16 to Gili Trawangan, jd dikasih medium boat) - - - FYI, nyebrang dg Ferry umum ke Gili Trawangan cuma kena 25rb per orang sekitar 30mt. (speedboat 10mt). Lah.. Kan males banget tuh...
Kalo kalian keen of hiking to the summit of Rinjani, mention that too.. Paket mereka bisa 2 malam 3 hari: Senaru - Segara Anak - Summit - Sembalun. Pergi dan pulang beda path. Lengkap dg lokal guide, porter, bakar ikan di segara anak. Bahkan mereka bisa siapin tenda, sleeping bag, dll. Kita tinggal bawa badan. Yah.. Kemping2 ala usia 40+ deh.. Elit dikit... (damn, did I just disclose my age in my blog??!! Arrgghhh)
Anyway.. Lombok is an exciting island that has been less explored. Jadi di Selatan ada pantai2 indah Tanjung Aan dan Selong Blanak yg gue saranin. (lihat blog gue di siennysentosa.blogspot.com). Trus di Barat Daya ada Gili Nanggu, Gili Kedis, Gili Sudak, Gili Tangkong (Gitanada: GIli TAngkong NAnggu suDAk), yg bagus Gili Kedis dan Nanggu. Kalo mau nginep di Nanggu juga ada... Terpencil banget.. Di Timur ada Rinjani. Di Barat Laut ada Gili Air, Meno, Trawangan (yg lebih dulu ngetop).
This island gak habis2 exploring nya.. Dan again, gue recommend pake lokal tour.. Hehehhe...
Thanks Hani Idajanti udah jadi pemivu tulisan ini, and Igor Govinda Juwono, this is for you.
Let me know how your itinerary turns out to be ya..