Seminggu yang lalu, untuk membuat janji dengan dokter spesialis THT, mulailah telepon ke RS Pondok Indah (dokter yang paling sreg). Lah, dokternya pergi ke Bukittinggi. Baiklah kita ganti ke RS Permata Cibubur (kedua sreg dan dekat rumah), sudah konsultasi dan dirujuk untuk periksa laboratorium, rontgent, dan rujukan ke dokter spesialis Penyakit Dalam. Juga sudah booking untuk kamar di Rumah Sakit.
Ternyata di tanggal yang kita mau, dokternya juga pergi. Ternyata yang ke Bukittinggi ini semua dokter THT, karena ada simposium. Jadilah kita geser tanggal 2 hari kemudian menunggung sang dokter pulang.
Giliran periksa rujukan ke dokter spesialis Penyakit Dalam, dokter bilang "Tekanan darahnya tinggi: 150/110"... JDHERRR!!! Bagaikan petir di siang bolong. Gue? Darah tinggi? Gak salah? Setau gue -- gue anemia kronis dan cenderung normal-rendah. Malahan pernah nyaris pingsan di Gereja saat cuma bawa 2 anak lanang dengan tensi 90/60.
Jadilah akhirnya dokter spesialis Penyakit Dalam memberi rujukan periksa lebih detail untuk laboratorium pemeriksaan darah... (agregat trombosit, fibrilogi, colesterol, etc, etc) -- pemeriksaan yang gak ada urusannya dengan operasi amandel dan dokter internist menulis di surat rujukan dari dokter THT tidak menyetujui tindakan operasi.
Maka bubarlah semua rencana-rencana kita bahwa Senin-Rabu akan istirahat total, mau claim asuransi jiwa selain asuransi dari perusahaan tempat Julian kerja, anak-anak akan tidur dengan papanya, dsb....
Teringat 1 ayat yang Valentina Kawulan ucapkan saat kita bezoek beliau di Rumah Sakit: "Karena rancanganku bukanlah rancanganMu" .... aku gak ingat itu dari Kitab mana. Tapi kejadian ini benar-benar membuat kita merasa kecil. Dan tiada lagi yang bisa kita doakan selain "Terjadilah padaku menurut kehendakMu"...